Pendekatan Persuasif Terhadap Radikalisme

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kebumen – Lebih dari 200 tokoh agama se Kabupaten Kebumen mengikuti Silaturahim dan Dialog Radikalisme berbasis Agama bersama H.M Romahurmuziy, (Gus Romy), Selasa (14/3) di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kebumen. Hadir Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah Farhani dan Plt Kankemenag Kabupaten Kebumen Nurudin beserta Jajaran Pejabat Kankemenag Kabupaten Kebumen.

Farhani dalam sambutannya menyampaikan bahwa pada Era global dalam perkembangan agama, ditandai banyaknya aliran atau faham agama yang banyak muncul di masyarakat. “Ketika faham agama tersebut tidak kita saring secara baik maka akan mempengaruhi kondisi sosial kemasyarakatan di wilayah masing-masing,” katanya.

Dia mengatakan bahwa  fenomena sekarang ini banyak sekali tokoh agama baru yang dianggap mempunyai ilmu agama baik, namun ternyata membawa ajaran agama yang berbau ekstrim dan radikal. Menyikapi hal  ini masyarakat perlu waspada dan tidak mudah terpengaruh dengan keadaan tersebut.

Masyarakat dalam kehidupan beragama sebenarnya menginginkan antara satu dengan yang lain bisa hidup berdampingan dengan rukun, tidak mengungkit-ungkit masalah khilafiyah.  “Sementara negara lain sudah maju kita malah masih berputar masalah khilafiyah,” ucapnya.

Farhani berharap melalui forum ini para tokoh agama maupun tokoh masyarakat yang terkait bisa menyamakan persepsi dalam mewujudkan kerukunan hidup dalam beragama.

Pada dialog yang dimulai hampir menjelang sore hari itu, bertindak selaku moderator Kepala MAN Kebumen 1 H. Dawamudin. Menurutnya sekarang banyak muncul kelompok-kelompok sempalan yang ingin eksis tetap hidup dalam tatanan negara kita.  Namun beberapa diantaranya mengklaim bertanggung jawab atas rangkaian teror yang terjadi di berbagai wilayah negara Republik Indonesia dengan modus bervariasi.

Dia juga mengatakan bahwa beberapa pelaku teror bom bunuh diri, rata-rata berlatar belakang pendidikan eksak. “Ini sangat ironis,” ucapnya.  Walaupun sudah ada undang-undang yang mengatur tentang terorisme, namun kenyataannya kelompok Trans Nasional terus tumbuh subur dengan modus teror baru yang selalu berganti, paparnya.

Sejalan dengan pemikiran narasumber sebelumnya, Gus Romy mengatakan manusia diciptakan tidak suka kondisi kekanan atau kekiri, tapi sukanya di tengah-tengah dan ingin hidup dengan tenang. Tapi masih ada sekelompok orang yang masih suka mengembangkan atau beternak radikalisme dengan alasan diluar nalar kita.

Menurutnya, Indonesia berpotensi menjadi sarang radikalisme jika masifnya penyebaran Islam radikal dibiarkan terus menerus tanpa ada proses preventif maupun represif dari pemerintah dan masyarakat.

Saat ini ideologi radikal Islam banyak disebarluaskan melalui forum, bahkan pergerakannya melalui media massa yang bisa dijangkau oleh masyarakat luas. Selain itu, ideologi radikal juga disebarluaskan melalui situs web dan media sosial.

Romy mengatakan bahwa cara untuk mengatasi radikalisme tidak bisa dilakukan dengan kekerasan, tapi harus dilakukan dengan pendekatan secara persuasif. “Setidaknya bisa mencegah penyebarannya melalui cara tersebut,” ungkapnya.(bgkt/Af)