Patuhi Prokes 5M GKI Kebumen dan GKJ Pengaringan Beda Cara

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kebumen – Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kebumen menerima kunjungan Peneliti dari Tim Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang yang merupakan UPT dari Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Berdasarkan surat permohoan yang diterima Kemenag Kebumen pelaksanaan penelitian berlangsung sejak tanggal 01 Maret – 10 Maret 2021.

Pada penelitian kasus dengan judul “Respon Komunitas Agama – Agama Terhadap Pandemi  Covid  – 19” Peneliti dari Tim Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang didampingi humas Kemenag bersama Penyuluh Agama Islam Fungsional kunjungi dua Gareja Kristen di Kebumen. Kunjungan tersebut diawali dengan mengunjungi Gereja Kristen Jawa Pengaringan di Kecamatan Pejagoan Selasa (02/03) dan selanjutnya menuju Gereja Kristen Indonesia di Kebumen Kota pada (04/03).

Menurut Titi Isnaini Fauzah salah satu anggota tim peneliti, penelitian yang dilakukannya di Kebumen memang lebih difokuskan untuk meneliti respon umat Kristen dalam mensikapi pandemi Covid – 19 pada kegiatan Keagamaan. “Sebetulnya penelitian yang dilakukan Tim Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balai Penelitian dan Pengembangan Agama meliputi semua umat beragama selain agama Islam dalam mensikapi pandemi covid – 19, yang Agama Islam sudah diteliti pada penelitian tahun 2020. Tetapi Saya hanya ditugaskan meneliti respon umat Kristen di Kebumen dalam mensikapi pandemi ini,” ungkapnya.

Mengapa memiih GKI Kebumen dan GKJ di Pengaringan, disampaikannya bahwa hal tersebut lebih dilatarbelakangi pada kondisi geografis kedua Gereja tersebut. GKI Kebmen berada di pusat kota sedangkan GKJ Pengaringan berada di desa yang justru agak terpencil dan jauh dari pusat kota. Selain itu juga adalah karena masyarakat desa Pengaringan terkenal dengan sikap toleransi beragama yang tinggi. “Saya ingin memotret dan membandingkan sikap mereka terhadap pandemi ini, bagaimana respon mereka menghadapi pandemi ini, apakah sama atau berbeda?” tuturnya.

Dan satu hal yang sangat mencengangkan ketika kami mendampingi peneliti ke GKI Kebumen. Pendeta Tanaya yang merupakan pendeta di sana menuturkan bahwa selama pandemi ini pihaknya belum pernah mengadakan layanan peribadatan yang sifatnya tatap muka langsung atau onsite. Layanan Ibadah mingu dan ibadah lainnya dilakukan bersifat daring/online melalui chanel You Tube GKI Kebumen. Menurutnya hal itu dilakukan sebagai bentuk kepatuhan pihak Gereja terhadap himbauan pemerintah untuk menghindari kerumunan sebagaimana Instruksi Menteri Agama Nomor 01 Tahun 2021 dan himbauan dari pemerintah daerah setempat.

Bahkan demi melindungi jamaat dari Covid- 19 pihaknya juga menunda beberapa ibadah lainnya seperti : pembaptisan, perjamuan kudus dan sakramen (baiat). “Untuk sementara pembaptisan, perjamuan kudus dan sakramen kami tunda dulu,” ungkap pendeta Tanaya.

Berbeda dengan yang dilakukan di GKI Kebumen, GKJ Pengaringan di Kecamatan Pejagoan justru melakukan terobosan jemput bola layanan ibadah. Sebagaimana dituturkan pendeta Andreas pihaknya dalam mensikapi pandemi ini lebih memilih melayani peribadatan ke rumah – rumah jamaat yang dkelompokkan, maksimal kelompok jemaat adalah sepuluh orang dengan tetap mematuhi protokol kesehatan 5M. “Kami yang keliling melayani jemaat ke rumah mereka,” tutur Pendeta Andreas.(fz/qq).