Mukhlis, Masjid Harus Mampu Menggambarkan Moderasi Beragama dan Moderat

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang – Mukhlis Abdilillah, Kepala Kankemenag Kota Semarang dalam berbagai kesempatan tak bosan-bosannya mendengungkan moderasi beragama kepada masyarakat Kota Semarang. Hal ini disampaikannya pula pada saat menghadiri peresmian Masjid At Taqwa, Jumat (14/1) di lingkungan kampus SMAN 4 Kota Semarang.

Pada kesempatan ini, Mukhlis menyampaikan pesan agar Masjid At Taqwa SMAN 4 Kota Semarang, menjadi masjid yang membawa kedamaian dan kemaslahatan umat. “Masjid At Taqwa menjadi simbol kepedulian dunia pendidikan dan masyarakat Kota Semarang terhadap pentingnya mengedepankan Emotional Spiritual Quotient (ESQ), tidak hanya kekuatan akal atau Intelligence Quotient (IQ). Oleh karenanya jadikan masjid ini sentra pendidikan rohani di sekolah, guna mempersiapkan spiritual generasi penerus bangsa yang benar, yaitu masjid yang dapat membawa rahmatan lil alamin,” pesan Mukhlis.

Mukhlis juga menghimbau agar Masjid At Taqwa menjadi masjid yang moderat. “Dengan didirikannya masjid di tengah sekolah, harapannya tidak dikuasai oleh organisasi tertentu. Masjid harus diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat partisipatif dan mengedepankan moderasi beragama, yaitu bagaimana melalui masjid ini, Kita bisa mengaplikasikan pemahaman agama yang Kita ketahui sebagai suatu ritual, tindak-tanduk yang dapat diterima oleh semua kalangan,” imbuh Mukhlis.

Pemerintah memandang permasalahan moderasi beragama adalah salah satu masalah krusial yang perlu menjadi prioritas, oleh karenanya moderasi beragama dicanangkan melalui RPJPN tahun 2020-2024. “Pencanangan moderasi beragama sangatlah penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana fenomena saat ini menguatnya pola pikir dan cara beragama yang ekstrim, sehingga tidak sesuai dengan semangat dan nilai-nilai beragama,” tutur Mukhlis.

“Beragama seharusnya menjadikan diri Kita orang yang damai dan bermanfaat bagi orang lain, tetapi perkembangan akhir-akhir ini, di negara Kita mulai ada pola pikir yang terbalik. Kalau jaman Nabi mengajak orang kafir untuk menjadi beriman, sedangkan fenomena saat ini banyak yang mengkafirkan orang yang beriman. Hal ini tentunya akan memecah belah kerukunan,” imbuh Mukhlis.–NBA/bd