Semarang – Pengawas Madrasah Kementerian Agama Kota Semarang, Amhal Kaefahmi mengatakan, literasi pada anak usia dini sangat penting agar kemampuan berbahasa anak dapat berkembang optimal sesuai usianya, yakni sebagai kemampuan dalam memahami bahasa (reseptif) dan menyampaikan bahasa (ekspresif), dan keaksaraan awal.
Hal itu dikemukakan Amhal Kaefahmi, saat menerima laporan satuan pendidikan Raudhatul Athfal (RA) Binaan di Kecamatan Tembalang, yakni RA Perwanida 04 yang telah menyediakan “Sudut Literasi” bagi anak dan orangtua/wali anak, melalui media daring, Selasa (12/4/2022).
Dalam pembinaan di forum IGRA Kecamatan Tembalang, Amhal Kaefahmi meminta semua MI dan RA binaan untuk mengupayakan “sudut literasi” dan “sudut moderasi beragama” di satuan pendidikan masing-masing.
Dikatakan kepala RA Perwanida 04, Soelistiyowati, sudut literasi yang disediakan lembaganya dengan memanfaatkan emperan kelas, mengingat terbatasnya ruangan. Sudut literasi disediakan untuk taman baca anak-anak dan juga orangtua/wali anak ketika ada waktu sebentar saat mengantar atau menjemput anak.
“Upaya ini, sekaligus mendidik orangtua agar suka membaca daripada ngrumpi saat penjemputan anak,” tutur Soelistiyowati.
Ditambahkannya, ide penyediaan sudut literasi merupakan perinttah pengawas madrasah, Amhal Kaefahmi yang menginginkan satuan pendidikan di wilayah binaannya membuat sudut literasi dan sudut moderasi beragama sebagai langkah penanaman dan pembiasaan berliterasi bagi anak.
Sudut literasi di RA Perwanida 04 dikemas dengan memanfaatkan rak buku bersusun dan buku-buku cerita bergambar yang diletakkan di sudut teras kelas. Rencana semula, sudut literasi dibangun setelah lantainya dikeramik ulang agar nyaman bagi siapapun yang membaca. Namun karena ingin mewujudkan sudut literasi denngan segera, maka saat ini dengan menggelar karpet.
“Masih menunggu dana untuk keramik ulang,” ujar Soelistiyowati sambil berkaca-kaca menahan rasa haru.
Menurut Amhal Kaefahmi, kemampuan literasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga menyangkut kemampuan berbicara, berhitung, memecahkan masalah yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dan menggunakan kemampuan potensi dirinya.
“Seringkali kita memaknai literasi hanya sebagai kemampuan membaca dan menulis,” paparnya.
Dijelaskan Amhal Kaefahmi, pembiasaan literasi pada anak usia dini sangat bermanfaat untuk membantu anak dalam memahami orang lain dan lingkungannya, membantu anak agar dapat menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain, dan dapat menumbuhkan minat anak terhadap keaksaraan
“Literasi sangat bermanfaat untuk munculnya sikap, penngetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan di jenjang pendidikan selanjutnya,” tegas Amhal Kaefahmi.
Bila dikaitkan dengan STEAM, sambung Amhal Kaeefahmi, literasi dan STEAM sebagai bagian dari elemen Capaian Pembelajaran jenjang PAUD dilakukan melalui kegiatan bermain-belajar sehingga dalam pembelajaran memerlukan metode yang sesuai dengan kebutuhan anak usia dini.
Dasar-dasar literasi dan STEAM dibangun sebagai sarana anak mengasah kemampuan berpikir kritis dan kreatif, memecahkan masalah, berpikir, bernalar secara fleksibel, dan pengembangan executive function (proses kognitif dan kemampuan untuk meregulasi diri dan perilaku) yang membantu anak lebih siap belajar.(Amhal Kaefahmi/bd)