MTs Negeri 1 Kota Semarang (Emtessa) mengadakan halal bi halal selama dua hari (28-29/04/2023). Hari pertama diadakan di halaman madrasah dalam apel halal bi halal antara guru, pegawai, dan siswa. Hari kedua diadakan di kediaman Kepala Madrasah di desa Sumber Rejo kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Bertindak selaku Pembina apel, H. Ulinnuha dalam sambutannya pada apel halal bi halal mengatakan bahwa tidak akan diterima maaf seorang anak kepada Allah Swt. apabila masih durhaka kepada kedua orang tuanya. Orang tua kandung jika di rumah dan guru adalah orang tua ketika di sekolah. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa selain durhaka kepada orang tua, juga durhaka kepada mertua, dan tidak mau memberi maaf kepada orang lain. Lalu dilanjutkan dengan bersalam-salam bersama dan diirigi bacaan shalawat.
Di hari kedua, acara halal bi halal mengundang penceramah kondang, K.H. Supandi dan dihadiri oleh pengurus komite, guru dan pegawai, beserta keluarga. Halal bi halal di hari ini berlangsung semarak karena diiringi dengan musik keluarga Kepala Madrasah, H. Kasturi, S.Pd., M.Pd. dengan vokalis utama, Diana.
Dalam ceramahnya K.H. Supandi menyampaikan bahwa al-Qur’an harus diyakini dulu kebenarannya. “Saya berpikir deduktif bahwa al-Qur’an benar dulu karena al-Qur’an tidak bisa dikritik dengan ilmu pengetahuan tetapi ilmu pengetahuan dapat dikritik dengan al-Qur’an. Al-Qur’an jauh-jauh sebelumnya sudah menyebut tentang jasad Fir’aun padahal jasad Fir’aun baru ditemukan sekitar 2 abad yll.,” terang sang penceramah yang mu’alaf ini.
Kemudian beliau menjelaskan tentang makna idul fitri. “Kata fitri lebih pas diartikan Kembali yang minimal diartikan ajakan yaitu ajakan lebih baik (meminta maaf dan memberi maaf) karena datangnya seserang tidak menggenapkan dan perginya seseorang tidak mengganjilkan. Artinya tidak ada manusia yang tidak memiliki dosa, maka maafkan kesalahan orang,” lebih lanjut beliau. Semua yang hadir antusias mendengarkan ceramah karena joke-joke jenaka yang tak jarang lontarkan sang penceramah di sela-sela ceramahnya.
Meskipun dalam Islam meminta maaf dan memberi maaf tidak harus pada saat moment idul fitri, namun pada saat idul fitri yang dikemas halal bi halal akan mudah terasa, dan saat paling tepat saling meminta maaf bersama-sama, terutama bagi warga madrasah. Urusan ikhlas atau tidak ikhlas tergantung pribadi masing-masing. Yang tahu hanyalah Allah dan ybs. Yang jelas halal bi halal adalah suatu budaya yang baik untuk kegiatan kemasyarakatan karena di dalamnya ada unsur silaturahmi, permintaan dan pemberian maaf, shadaqah, dan kebaikan-kebiakan yang lain.
Halal bi halal juga dapat menghibur hati dan penyalur bakat berseni, karena biasanya diiringi hiburan musik. Bukankah musik itu indah jika digunakan sepatutnya sebagai orang yang berbudaya dan beragama? “Melebur dosa lewat tiga jalan yaitu selalu berbuat baik, shalat, dan taubatan nasuha,” pungkas sang penceramah. Setelah doa hadirin bersalam-salaman (bermushafahah) dan menikmati hidangan yang telah disedikan sambal diiringi musik. Sesekali beberapa guru dan pegawai menyumbangkan suara emasnya. (Humas Emtessa/bd)