Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Semarang (Emtessa) pada hari Rabu (14/0/2023) mendapat kunjungan spontanitas dari Kemendiknas Kota Semarang, Disperkim, dan tim Kota Layak Anak (KLA) RI. Kunjungan sekitar jam 14.30 WIB itu dalam rangka memantau seberapa jauh persiapan Emtessa akan menerapkan Madrasah Ramah Anak (MRA). Hadir plt. Kepala Kemendikdas Kota Semarang (Bambang Pramusinto), Kabid Kemendiknas Kota Semarang (Ewan Rakhmat), Disperkim (Wiendy A.), dan sejumlah tim KLA lainnya (sekitar 13 orang).
Kunjungan ke Emtessa dilakukan setelah tim KLA berkunjung ke RSWN Semarang, yang kebetulan lokasi Emtessa berada di depan persis RSWN. “Emtessa sebagai salah satu pioner MRA di Jawa Tengah, tentu saja mulai mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan menuju MRA, seperti bebrapa waktu lalu sudah mengadakan pelatihan Dispo dan Agen Perubahan. Ini Langkah awal mewujudkan MRA,” kata H. Kasturi, selaku Kepala Madrasah. “Kami sudah mengirimkan berapa guru untuk mengikuti pelatihan Dispo dan Agen Perubahan di Yogyakarta. Dan beberapa hari yang lalu kami mengirimkan Waka Humas, bu Alim untuk mengikuti Rakor KLA di Kemendiknas. Dan kunjungan tim KLA hari ini sebagai tindak lanjut usaha kami yang sebelumnya ada 3 guru yang kami utus ke SMPN 39 sesuai arahan darI Kemendiknas. Terima kasih atas kunjungan dan perhatiannya,” tambah beliau.
Pada saat Kabid Kemendiknas Kota Semarang melihat MMT yang terpampang di Emtessa tentang himbauan menjaga kebersihan, beliau mengatakan bahwa MMT tersebut termasuk wujud motivasi mewujudkan Sekolah Ramah Anak (SRA). Rombongan tim KLA memantau lingkungan Emtessa, sarana pra sarana yang dimiliki Emtessa, menurut mereka sangat mungkin MRA diwujudkan di Emtessa. “SRA dapat diwujudkan diperlukan kekompakan bersama. Tanpa itu sangat sulit diwujudkan,” demikian himbauan plt. Kepala Kemendiknas pada saat Rakor KLA. Ditambahkan oleh Putri, dari Rumah Dinas Revolusi Mental (RDRM) Kemendiknas, bahwa yang terpenting dalam praktik SRA/ MRA adalah pemenuhan hak-hak anak, terutama hak kelangsungan hidup, hak tumbuh kembang, hak partisipasi, dan hak perlindungan. Di samping hak pendidikan dan hak bermain.
Tim KLA yang mengevaluasi penerapan SRA di SMPN 39 Semarang, Paulus mengatakan bahwa MTs jika mendalami penerapan SRA tepat sekali di SMPN 39 karena selain sudah terbiasa menerapkannya juga SMPN 39 SMPN yang sering menjadi tempat acara-acara sekolah. “Benar yang disampaikan oleh pak Paulus, sekolah kami juga menerapkan pembiasaan permainan tradisional. Setiap Jum’at ada acara bersih-bersih dan permainan tradisioanal berdasarkan jawdal kelas masing-masing. Dan Agen Perubahan sebagai alah satu ekstrakurikuler,” jelas Agussalim selaku Kepala Sekolah.
Di ruang terpisah, ruang BK yang kami tamui adalah ruang yang paling lama dikunjungi tim KLA. “Banyak hal menarik dari ruang BK di antaranya ada pohon hiasan untuk menyatakan puas atau puas sekali setelah anak didik berkonsultasi. Apalagi anak didiklah yang memilih guru BK sendiri untuk berkonsultasi, yang sebelumnya mengisi data dari barcode yang trsebar di titik-titik tertentu,” urai Hj. Diana Farahida, selalu guru BK Emtessa, setelah wawancara dengan para guru BK SMPN 39. “Di sini tidak ada sampah plastik supaya sampah tidak mudah berserakan, kantikan jualan minum memakai gelas. Jika tamu yang kita menyugui minuman mineral, agar gelas/ botol bekas minuman mineral itu tidak di buang di sini, gelas/ botol bekas kami masukkan ikan kecil dan air kolam biar dibawa pulang,” imbuh Nurul, guru SMPN 39 dengan antusias.
Usaha mewujudkan MRA telah dirintis oleh Emtessa. Kiat melangkah bersama, menjalin kerjasama, saling mengisi, saling melengkapi, akan terlihat kekompakan warga Emtessa. Tanpa kompak rasanya mustahil merealisasikannya. Semoga betul-betul terwujud pada tahun pelajaran baru 2023/ 2024 yang sudah di depan mata. Amin. (Humas Emtessa/bd)