Semarang – Selasa (12/9/2023), Ahmad Farid selaku Kakankemenag Kota Semarang memberikan penguatan moderasi beragama dalam kegiatan Dialog Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Yayasan Putra Persaudaraan Anak Negeri (Persadani) di Hotel Grasia Kota Semarang.
Ahmad Farid hadir bersama Sapto Adi Sugihartono selaku Kepala Badan Kesbangpol Kota Semarang, dan Ustadz Hadi Masykur, salah satu eks napi terorisme yang saat ini menjabat sebagai Wakil Sekretaris Yayasan Persadani, memberikan pencerahan kepada 36 peserta yang terdiri dari, 12 Ketua OSIS, 12 Sie Rohis, dan 12 guru pendamping dari SMA/K.
Adapun sekolah dimaksud yaitu, SMAN 1, 2, 4, dan 9, SMKN 4 dan 7, SMA Hidayatullah, SMA Ksatrian 2, SMA Teuku Umar, SMA Sultan Agung, SMK Dr. Cipto, dan SMA Ibu Kartini yang kesemuanya berdomisili di Kota Semarang.
Dalam kesempatan itu, Ahmad Farid menyampaikan materi Kebijakan Kemenag dalam Penguatan Moderasi Beragama. Menurutnya, ekstrimisme dan radikalisme tidak muncul secara tiba-tiba. “Adik-adik bisa mencermati, ada beberapa masyarakat yang secara teritorialnya sama, penganut agamanya juga sebagian sama, tetapi bisa terinfluensi oleh paham-paham agama yang menyesatkan,” tuturnya.
“Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kurang kuatnya pondasi agama yang ditanamkan sebelumnya, sehingga oleh oknum yang kurang bertanggung jawab dijadikan sasaran empuk masuknya paham ekstrimis dan radikalis,” imbuhnya.
Ia menandaskan, setiap agama mengajarkan kepada kedamaian, sehingga apabila ada salah satu oknum yang mengatasnamakan agama tetapi mengajarkan kekerasan dan kebencian, maka sudah bisa dipastikan bahwa ajaran tersebut menyesatkan. “Tidak ada satu agama pun di muka bumi ini yang menghendaki adanya peperangan. Semua mengajarkan kepada kedamaian, keharmonisan dalam kehidupan,” ujarnya.
Farid mengajak kepada peserta kegiatan untuk mengedepankan toleransi dalam menjalankan agamanya. “Sejarah bangsa kita menunjukkan, kemerdekaan diraih atas kerja keras dan perjuangan para Kiai, Pendeta, dan tokoh-tokoh agama lainnya, yang bersatu padu untuk merebut kemerdekaan dari tangan para penjajah. Karena Indonesia memang sejak dahulu memiliki latar belakang multi etnis dan multi agama. Sehingga, mari kita bisa saling menghormati antar pemeluk agama. Jalankan ibadah sesuai dengan agama kita dengan sebaik-baiknya, dengan tetapi berada dalam koridor yang tepat, yang tidak menimbulkan gesekan dengan penganut agama lain. Mari saling menghormati,” pungkasnya.(sy/NBA/bd)