Semarang – Zaman telah berubah. Anak-anak perempuan di era modern ternyata lebih cepat mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi atau haid pertama akan menjadi pengalaman yang mendebarkan bagi anak dan orangtua, khususnya para Ibu. Apalagi sejumlah anak perempuan kini mendapatkan menstruasi di usia lebih dini, misalnya saat usia 10 tahun ketika duduk di kelas 5/6 MI. Menyikapi problema di atas, Komite MIN Kota Semarang mempersembahkan “Parenting Kesehatan Reproduksi Wanita dan Edukasi untuk Anak” bagi orangtua siswa kelas IV s.d. VI, Rabu (24/10).
Dalam sambutannya Ketua Komite MIN Kota Semarang Rohani Amin Hidayat menyampaikan kegiatan ini adalah bagian dari program kerja komite yang peduli terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik menuju masa remaja, sementara orangtua belum tahu cara mengedukasinya.
“Hari ini kami persembahkan Parenting Kesehatan Reproduksi Wanita dan Edukasi untuk Anak bagi orangtua siswa kelas 4 s.d. 6. Semoga pengetahuan ini bisa digunakan orangtua untuk mengedukasi anak-anaknya di rumah”, tegas Amin.
Hadir sebagai nara sumber utama Syarief Hudaya Dosen Fakultas Kedokteran Unwahas dan nara sumber pembanding Asyiatur Rodhiyah pengasuh Pondok Pesantren Putri al-Mannan Sumurrejo Gunungpati.
Syarief Hudaya menjelaskan, menstruasi menandakan tubuh seorang gadis secara fisik sudah bisa hamil. Setiap bulan atau lebih, salah satu indung telur melepaskan sel telur. Ini disebut ovulasi. Pada saat yang sama, perubahan hormon mempersiapkan rahim untuk kehamilan.
“Jika ovulasi terjadi dan sel telur tidak dibuahi, telur melewati rahim dan keluar dari tubuh, dan lapisan rahim yang ditumpahkan melalui vagina. Ini adalah menstruasi,” terang Syarief.
Syarief menjelaskan, dari sisi kesehatan remaja seorang ibu harus mengajarkan bagaimana anak bisa menghadapi menstruasi dengan tenang. Jelaskan kepada anak secara sederhana atau dengan perumpaaan. “Misalnya, darah yang keluar dari vagina berarti menandakan kamu sudah dewasa. Selain itu menstruasi juga menandakan kamu sehat dan normal,” terangnya.
“Selain itu ajarkan dia, bagaimana cara memasang pembalut dengan benar dan perubahan fisik yang akan terjadi jerawat, payudara membesar, dan tumbuhnya bulu-bulu halus di bagian tubuh tertentu,” tambahnya.
Dari sisi agama, Rhodiyah menjelaskan seorang anak yang telah mengalami salah satu dari tiga hal tersebut dianggap telah baligh atau biasa disebut telah mukallaf yang berarti menanggung beban perintah-perintah syari’at. “Orangtua wajib memerintahkan kepada anak-anaknya untuk melakukan shalat lima waktu sebagaimana mestinya, puasa di bulan Ramadlan dan kewajiban-kewajiban lainnya” pungkasnya.
Kegiatan ini disambut positif oleh orangtua siswa, karena ilmu ini sangat bermanfaat untuk mengedukasi anak-anak dalam menghadapi masa pertumbuhannya menjadi remaja yang sehat lahir dan batin. Sulistiyorini, salah satu orang tua siswa merasa sangat senang dengan kegiatan parenting ini.
“Saya dapat banyak ilmu dan pengetahuan kali ini, semoga komite bisa mengagendakan kegiatan serupa untuk orangtua siswa kelas 1 – 3, tentunya dengan tema yang berbeda,” ujarnya. (sby-ch/gt)