Semarang – “Selamat datang bapak, selamat datang bapak, selamat datang kami ucapkan. Salam… salam…., terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-sama.” Sepenggal syair lagu ini merupakan salam penyambutan dari guru Raudhatul Athfal (RA) ketika pengawas madrasah datang untuk memberikan pembinaan.
Pagi itu, Selasa (22/3), suasana aula Raodhotul Athfal (RA) Al Hikmah Tembalang tampak semarak dan penuh keceriaan. Hari itu, semua kepala dan guru RA se-Kecamatan Tembalang tumpah ruah mengikuti pembinaan dan pembimbingan dari pengawas madrasah Kemenag Kota Semarang, Amhal Kaefahmi.
Kali ini, Amhal Kaefahmi tak sekadar memberikan pembinaan, tetapi sekaligus memberikan pembimbingan dan tips pembelajaran pada anak usia dini yang dikemas melalui kegiatan bermain yang menyenangkan. Pembelajaran di PAUD berbeda dengan pembelajaran pada satuan pendidikan jenjang di atasnya, karena pembelajaran PAUD merupakan stimulasi aspek perkembangan anak melalui bermain.
Pembinaan dan pembimbingan yang dilakukan Amhal Kaefahmi berbeda dengan biasanya. Kali ini, dia memberikan materi secara sistematis, mulai dari konsep dan teori, cara melaksanakan, dan contoh pembelajaran anak usia dini dengan gaya khas permainan anak-anak yang dibawakan dengan menyenangkan.
Amhal Kaefahmi memberikan contoh pembelajaran yang menstimulasi aspek perkembangan anak secara optimal dengan permainan “Anak Ayam” dengan penjelasan terkait nilai agama dan moral (NAM), fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, seni, dan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam permainan itu.
Ketua IGRA Kecamatan Tembalang, Sulistyowati mengatakan, kehadiran Amhal Kaefahmi dalam pembinaan luring kali ini sangat ditunggu para guru. Selama Pandemi Covid-19, pembinaan dilaksanakan secara daring menggunakan G-Meet secara berkala.
“Pertemuan tatap muka seperti ini sudah lama kami nantikan. Alhamdulillah, hari ini dapat terlaksana dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat,” tutur Sulistyowati.
Dalam paparannya, Amhal Kaefahmi menegaskan, memasuki Abad ke 21 dan Era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai munculnya teknologi super komputer, artificial inteligence (AI) dan perangkat teknologi digital lainnya, memunculkan perubahan pola hidup dan perilaku sebagian manusia, termasuk dalam pembelajaran di RA.
Dikatakan Amhal Kaefahmi, konsekuensinya adalah, generasi muda, bahkan sejak dini, harus dibekali dengan berbagai ketrampilan untuk bisa bertahan di era revolusi industri 4.0 itu, antara lain dengan literasi digital (digital literacy), berpikir kritis (critical thinking), komunikasi (communication), kolaborasi (collaboration), dan kreativitas dalam memecahkan masalah (creativity in solving problems).
“Pembelajaran guru RA yang mendorong anak untuk dapat menjalin komunikasi yang efektif bermanfaat untuk mengembangkan berfikir anak,” jelasnya.
Menurutnya, Terkait dengan kemampuan berpikir kritis (critical thinking) yang dibutuhkan dalam pembelajaran yang semula berpijak pada LOTS menjadi HOTS yang tentu tidak hanya menuntut anak agar dapat berpikir dan menyelesaikan persoalan dengan HOTS tetapi proses pembelajaran guru juga harus beerbasis HOTS dengan permainan yang dikemas dengan pendekatan STEAM dengan memanfaatkan loose part.
“Loose part tidak mesti hasil pabrikan (membeli) namun bisa menggunakan alat-alat permainan yang dibuat guru sendiri, syukur alat permainan itu dibuat bersama anak,”ungkap Amhal Kaefahmi.
Pembelajaran dengan pendekatan STEAM tambahnya, dapat mendorong anak untuk membangun pengetahuan tentang dunia di sekeliling mereka melalui mengamati, menanya, dan menyelidiki. Pembelajaran berbasis HOTS mendorong anak untuk menganalisis, menginterpretasi, mengevaluasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
Kepala RA Az Zuhri, Gusti Asih Permanasari yang saat itu mengatur jalannya pembinaan dan pembimbingan mengatakan, pembinaan yang diberikan pengawas, Amhal Kaefahmi, sanngat inspiratif dan menyenangkan, karena dibawakan dengan santai tetapi substansinya sangat mendalam.(Amhal Kaefahmi/bd)