Rembang — Menyusuri Desa Soditan, Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang menyisakan kesan yang mendalam bagi pengunjungnya. Beberapa saat sebelum pencanangan Desa Soditan pada Rabu (15/9/2021), Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Musta’in Ahmad bersama dengan pejabat lainnya berkeliling di beberapa titik jalan Desa Soditan dengan naik kereta mini.
Tampak pejabat yang turut serta yaitu Kepala Badan Kesbangpol Jawa Tengah, Haerudin, Ketua FKUB Jawa Tengah, KH Taslim Syahlan, Kakankemenag Kabupaten Rembang, M. Fatah, Ketua FKUB Kabupaten Rembang, KH Atho’illah Muslim, Pengasuh Ponpes Kauman Lasem, KH Zaim Ahmad dan segenap jajaran pejabat Forkompinda Rembang.
Susur jalan Soditan ini diawali kunjungan di Klenteng Cu An Kiong, yang konon merupakan klenteng tertua di tanah Jawa. Sebelum berangkat, disuguhkan kesenian tradisional Tionghoa, yaitu Barongsai di depan klenteng Cu An Kiong. Pengunjung tampak terhibur akan persembahan kesenian ini. Sepanjang berkeliling, mereka disambut ramah dan lambaian tangan oleh warga sekitar dari yang berbeda agama.
Dipandu oleh Sejarawan Lasem, Yon Suprayogo, rombongan dijelaskan mengenai lokasi yang dikunjungi. Antara lain Klenteng Cu An Kiong, Lawang Ombo, Lawang Ijo, Gereja Bethel Indonesia, dan kawasan Pecinan serta komplek Pondok Pesantren di Desa Soditan. Dijelaskan pula Desa Soditan sebagai bagian dari Kecamatan Lasem yang kental akan etnis Jawa, Cina dan Arab.
Keberagaman dan kekayaan agama dan budaya di desa Soditan ini, menurut Musta’in, melatarbelakangi terpilihnya Desa Soditan sebagai Desa Sadar Kerukunan. Penduduknya terdiri atas enam agama, meskipun mayoritas beragama Islam. Selain itu, tiga etnis hidup rukun di desa ini, yaitu Jawa, Cina dan Arab.
“Kebersamaan yang ada di Desa Soditan dapat dijadikan inspirasi bersama dalam membangun kerukunan. Untuk saling menghormati, menghargai, dan bergotong royong,” tuturnya.
Apresiasi
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ketika menyampaikan sambutan secara virtual menyampaikan apresiasi atas gagasan Desa Sadar Kerukunan ini. Pencanangan tersebut dirasanya sangat tepat mengingat kebudayaan, etnis, dan agama sangat beragam dan dapat tinggal dengan rukun.
“Saya respek ketika diadakan Desa Sadar Kerukunan. Di Lasem ada banyak tokoh agama, kyainya juga besar-besar. Situs sejarahnya juga hebat. Mayoritas penduduknya Islam, tapi budaya China juga ada di situ,” tuturnya.– iq