Cilacap – Selain membekali ilmu tasawuf atau keagamaan, seiring perkembangan zaman pesantren kini tidak kalah dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Sebagai lembaga yang independen, pesantren adalah mesin pencetak generasi berkaliber dunia akhirat. Sehingga peran pesantren menjadi sangat strategis dalam kegiatan pembangunan.
Sekarang sudah banyak pesantren yang menggunakan sistem mu’adalah. Dimana pengelolaannya tidak jauh berbeda dengan sekolah atau madrasah. Selain itu, juga terdapat pesantren yang menyelenggarakan program wajardikdas. Di pesantren ini, para santri dibekali pengetahuan ilmu dan teknologi terutama keilmuan yang diujikan secara nasional. Sehingga lulusan pesantren ini mendapatkan ijazah yang statusnya sama dengan sekolah umum bahkan memiliki nilai plus. Yakni disyahkan oleh dua instansi sekaligus, Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Dengan mendapat ijazah yang sama dengan madrasah atau sekolah, maka lulusan pesantren sekarang dapat bersaing dengan mereka yang lulusan madrasah atau sekolah. Inilah salah satu wujud nyata perhatian pemerintah kepada pendidikan pesantren. Kebijakan tersebut sebagai jawaban akan kebutuhan santri sesuai perkembangan zaman.
Pernyataan tersebut ditegaskan Kepala Kantor Kementerian Agama, Jamun pada Jumat malam, (9/3) usai meresmikan Pondok Pesantren Mafatikhul Ulum di Kecamatan Kedungreja. Selain peresmian di tempat yang sama juga digelar Khotmil Qur’an dan Haflah Hauliyah KH. Abu Nasir Malik.
“Pesantren jaman dulu sangat lain dengan sekarang di mana pendidikan yang diberikan tidak melulu tasawuf, tetapi juga pengetahuan ilmu dan teknologi. Di era teknologi, siapapun yang tidak menguasainya maka akan digilas oleh ganasnya pengaruh teknologi. Karenanya, dengan bekal teknologi, para santri lulusan pondok pesantren adalah generasi yang paling sempurna. Yakni sebagai generasi yang melek teknologi sekaligus berakhlak mulia. Sehingga presiden Jokowi pun menghimbau dunia industri untuk banyak merekrut tenaga dari pesantren,”Ungkapnya.
Dengan konsep pemikiran Islam yang luas, maka pesantren yang membekali santrinya dengan ilmu yang lengkap sekarang masih tetap ramai. Tidak ada ilmu agama dan umum, yang ada hanyalah ilmu Allah SWT. Hal ini sesuai konsep dari Imam Al Gazali, menurutnya ilmu terbagi dua, yakni fardlu ‘ain dan fardlu kifayah.
Imam Gazali merupakan ahli teknologi dan tasawuf dengan kearifan budi pekertinya yang sangat luhur. Ibnu Sina hingga kini masih menjadi referensi tokoh kedokteran di dunia. Al Farabi di bidang Fisika dan Al Jabar di bidang Matematika mereka semua adalah sedikit contoh generasi muslim yang berilmu komplit. Inilah konsep yang dianut oleh pesantren di era modern. (On/bd)