Batang – Dalam rangka memperingati hari lahirnya Pancasila Tahun 2021, sebagai upaya untuk meneguhkan persatuan bangsa, Dewan Pimpinan Wilayah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPW LDII) Provinsi Jawa Tengah menggelar Acara Silaturahim Kebangsaan Keluarga Besar LDII Prov. Jeteng dengan Tema ” Budaya Saling Memaafkan Memperkuat Persatuan Bangsa dan Nilai-Nilai Luhur Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara” pada Selasa (01/06). Kegiatan ini dilaksanakan secara online/daring yang berpusat di Hotel Grasia, Semarang. Mewakili Kepala Kantor Kemenag Kab. Batang, Penyuluh Agama Islam Fungsional, Slamet Hasanudin, hadir mengikuti kegiatan tersebut secara daring di RM Sego Dalem, Pekalongan atas undangan dari DPD LDII Kabupaten Batang.
Acara yang dibuka pukul 09.00 tersebut dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Pembacaan Ayat Suci Al-Qur'an, Pembacaan Pancasila, pembacaan do'a, Sambutan Ketua DPW LDII Provinsi Jawa Tengah, Sambutan Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jateng, serta Taushiyah Silaturahim Kebangsaan oleh Ketua MUI Jawa Tengah.
Ketua DPW LDII Provinsi Jawa Tengah, Singgih Tri Sulistiyono, dalam sambutannya menyampaikan terimakasih kepada seluruh stakeholder yang hadir secara langsung di Hotel Grasia maupun secara online di 35 Kabupaten/kota se Jawa Tengah yang terdiri dari unsur MUI, Kantor Kementerian Agama, Forkopimda, FKUB, dan Ormas Keagamaan. Dia menjelaskan bahwa LDII menginisiasi kegiatan tersebut dengan tujuan untuk mengajak seluruh elemen masyarakat agar terus membudayakan saling memaafkan sebagai usaha konkrit dalam menghilangkan bibit-bibit perpecahan. Konsolidasi dan silaturrahim dengan para stakeholder ini juga sebagai langkah nyata yang dilakukan oleh LDII dalam mensukseskan program prioritas Kementerian Agama tentang Moderasi beragama.
” Kami menyampaikan terimakasih kepada seluruh stakeholder yang hadir secara langsung di Hotel Grasia maupun secara online di 35 Kabupaten/kota se Jawa Tengah, tujuan kegiatan ini untuk mengajak seluruh elemen masyarakat agar terus membudayakan saling memaafkan sebagai usaha konkrit dalam menghilangkan bibit-bibit perpecahan,” jelas Singgih Tri Sulistiyono.
Sementara itu, H. Musta'in Ahmad, Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jateng mengingatkan kepada seluruh hadirin untuk konsisten dalam merawat kebhinekaan dalam kerangka NKRI dengan tetap berpedoman pada Pancasila sebagai warisan dari Founding Father bangsa Indonesia.
” Pada hari ini kita diingatkan dan diajak oleh LDII untuk memegang kalimatun sawa yang digagas oleh Founding Father kita yaitu Pancasila. Mari kita rawat kebhinekaan dalam kerangka NKRI ini dengan berpedoman pada pancasila tersebut, karena dengan Pancasila Indonesia bisa mewujudkan kebahagiaan bersama di tengah bermacam macam perbedaan yang ada,” kata H. Musta'in Ahmad.
Dalam taushiyahnya, K.H. Ahmad Daroji Ketua MUI Jawa Tengah menjelaskan bahwa Agama Islam memiliki konsep yang jelas tentang keberadaan Manusia sebagai makhluk sosial bahwa manusia diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan dijadikannnya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal/berinteraksi sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Hujurat ayat 10 dan juga dalam hadits Nabi yang isinya bahwa orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain, analogi sebagai satu bangunan ini maksudnya adalah bahwa semua umat muslim saling menopang dalam persatuan.
“Konsep manusia menurut kaum sekuler adalah homo homini lupus (manusia akan memerangi manusia lain, manusia akan menjadi serigala bagi manusia lain), dan bellum omnium contra omnes (Semua manusia akan berperang melawan semua) sebagaimana teori Thomas Hobbes (1651) atau menurut Aristoteles (384-322 SM) seorang ahli filsafat Yunani kuno menyatakan dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat, karena sifatnya ingin bergaul satu sama lain, maka manusia disebut sebagai makhluk sosial. Agama Islam memiliki konsep yang jelas tentang keberadaan Manusia sebagai makhluk sosial bahwa manusia diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan dijadikannnya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal/berinteraksi sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Hujurat ayat 10 dan juga dalam hadits Nabi yang isinya bahwa orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain, analogi sebagai satu bangunan ini maksudnya adalah bahwa semua umat muslim saling menopang dalam persatuan,” papar K.H. Ahmad Daroji.(Hasanudin/Zy)