Launching Kampung Moderasi Beragama, Bahwa Agama Mampu Melewati Sekat Tanpa Merusak Aturan

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Karanganyar – Dr.H.Hanif Hanani, SH. MH , Kepala Kemenga Karanganyar melaunching Kampung Moderasi Beragama di Rejosari Gondangrejo dan Ngunut Jumantono, Rabu 26 Juli 2023 di Gondangrejo.

Desa  Rejosari  dan Desa Ngunut Jumantono terpilih sebagai Kampung Moderasi Beragama melalui berbagai survei dan mekanisme, dan dinyatakan layak oleh Kantor Kementerian Agama Karanganyar.

Hanif memberikan sambutan mengungkapkan sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini.

“Realita Kampung Moderasi Beragama menandakan kehidupan toleransi antar umat beragama di wilayah perbatasan ini sangat kondusif. Dalam program kerja Sakti tertuang item toleransi dan kini diejawantahkan oleh masyarakat dengan sebuah kampung moderasi yang akan menjadi contoh bagi kampung atau desa lainnya. Saya yakin, Karanganyar akan semakin maju dalam kehidupan beragama,” tandas Hanif.

Hanif pun turut mengakui bahwa pilihan untuk Desa Rejosari sangatlah tepat.

“Saya melihat bahwa di Rejosari  dan Ngunut  kehidupan sudah sangat heterogen. Walau demikian, masyarakat saling menjaga, saling menghormati dan penuh kekeluargaan. Inilah bentuk toleransi yang sesungguhnya karena walau berbeda agama dan suku tapi tetap hidup damai,” kata Hanif.

“Kampung moderasi itu terbentuk bilamana Agama mampu melewati sekat-sekat yang ada tanpa merusak aturan agama itu sendiri. Indonesia buakan negara agama, tapi agama menjadi hal yang paling penting bagi warga negara indonesia. Kehidupan beragama akan menentukan kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara umat islam harus merawat 3 hal agar seimbang merawat persaudaraan sesama umat islam, merawat persaudaraan antar umat beragama, merawat persaudaraan sesama bangsa,” lanjut Hanif.

“Kampung moderasi beragama dihidupkan oleh orang yang ada di kampung tersebut, kampung moderasi merupkan rumah bersama semua umat beragama yang membawa kebaikan untuk bersama, saling mendukung, saling menguatkan, dan menggunakan agama untuk menjadikan indonesia emas. Indonesia ada karena keberagaman, maka yang beda jangan disama-samakan biarlah dia tetap beragam, yang sama jangan dibeda-bedakan. Tidak ada Indonesia tanpa keberagaman,” pungkas Hanif.(ida/sua)