Penyuluh Agama Sosialisasikan Program Kampung Moderasi Beragama

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang – Dalam rangka Hari Suci Waisak 2567 BE/2023 M, Vihara Tanah Putih yang berada di Kelurahan Jomblang,  ditunjuk sebagai Sekretariat Kampung Moderasi Beragama atau KMB Kecamatan Candisari, pada Minggu (4/6/2023) mengadakan kegiatan Parade Puisi Moderasi Beragama.

Taslim Syahlan selaku Ketua FKUB Jawa Tengah mengatakan, kegiatan yang digelar tersebut menghadirkan seluruh elemen lintas agama. “Kegiatan yang digagas oleh Bikkhu Chattamano Mahatera dan FKUB  ini mengundang seluruh elemen lintas agama dan lintas budaya guna mewujudkan moderasi beragama,” tuturnya.

Pada kesempatan tersebut, Mujahirin Thohir selaku akademisi di lingkungan Jateng ikut memberikan sambutan dan puisinya agar semuanya diberlakukan setara agar lebih fair, misalnya saat berdoa.

“Dalam kegiatan lintas agama, saat berdoa sebaiknya jangan ada kesan sekelompok agama tertentu mendominasi dalam berdoa dan yang lainnya mengamini. Kurang fair, sebaiknya terdiam berdoa dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing,” pesannya.

Kegiatan ini juga melibatkan penyuluh agama untuk ikut mensosialisasikan salah satu program Kemenag yaitu kampung moderasi beragama. Penyuluh Agama Islam yang turut terlibat diantaranya Syarif Hidayatullah  yang bertugas di Kecamatan Candisari.

“Pada kesempatan ini, ijinkan saya menyampaikan, Vihara Tanah Putih menjadi sekretariat Tim Kampung Moderasi Beragama Kecamatan Candisari dikarenakan Kelurahan Jomblang ditunjuk mewakili Kota Semarang yang akan dilaunching pada 15 Juli tahun ini,” beber Syarif.

“Mengapa Jomblang dipilih sebagai Kampung Moderasi karena selain adanya keragaman rumah ibadat, seperti Masjid, Gereja dan Vihara, juga ada komunitas Ahmadiyah serta pernah mewakili Candisari sebagai Kampung Pancasila,” imbuhnya.

Setelah menyampaikan sosialisasinya, Syarif juga melantunkan puisi berjudul Rukun Ragam Sepadan yang terinspirasi oleh cara pandang kelompok ekstremis yang memerlukan wawasan lebih luas tentang keragaman.

Berbagai penyair silih berganti tampil, baik dari kelompok Pena Jateng, bahkan ada yang rela naik motor dari Purbalingga, maupun dari Garputala yaitu Gerakan Perempuan Lintas Agama.

“Harapan kami, acara di Vihara ini tetap akan berlangsung setiap tahun guna membuktikan bahwa tidak hanya umat Buddha saja yang berbahagia saat Waisak, tapi umat lainnya juga turut berbahagia,” pungkas Bikkhu Chattamano. (sh/NBA/bd)