Peran Ibu dalam Semangat Hijrah

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang – Jumat (21/7/2023), dalam kegiatan Pengajian Majelis Taklim  yang diselenggarakan oleh DWP Kota Semarang, Zahrotun Nisa selaku Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) Kankemenag Kota Semarang berkesempatan menyampaikan tausiyah kepada anggota UP DWP se-Kota Semarang yang digelar di Gedung Balaikota Semarang.

Dalam kesempatan itu, Nisa, begitu panggilan akrabnya menyampaikan tema Momentum Muharram dan Peran Ibu.

“Dari 12 bulan Hijriyah, Muharram merupakan salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT, karena di dalamnya ada banyak peristiwa, diantaranya hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah,” tuturnya.

“Hijrah dimaknai menuju kepada kondisi yang lebih baik. Mari kita awali tahun ini dengan muhasabah diri, guna meningkatkan kebaikan-kebaikan bagi diri kita dan lingkungan kita,” imbuhnya.

Menurutnya, ibu memiliki peran penting dalam keluarga, yaitu sebagai madrasah pertama dan tiang negara. “Sebagai seorang ibu, kita memiliki peran sebagai madrasah pertama bagi anak-anak kita, dan tiang negara,” tandasnya.

“Ketika tiangnya rusak atau rapuh, maka negaranya pun akan rusak, sehingga penting kiranya menyusun langkah kedepan yang lebih terencana menuju keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, wamaslahah,” imbuhnya.

Nisa mengatakan, ada metode manajemen yang bisa diadopsi, diantaranya adalah POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling).

“Di dalam hadis dijelaskan, barang siapa berniat melakukan kebaikan, maka diberi pahala oleh Allah dengan kebaikan yang sempurna. Planning ini menjadi penting karena jika planningnya bagus insya Allah actuatingnya pun akan bagus,” ujarnya.

“Dan kemudian organizing, merupakan hal yang penting juga harus dilakukan oleh ibu-ibu karena sesuatu yang hak/baik akan kalah oleh sesuatu yang jelek tetapi dikoordinir,” imbuhnya.

“Yang terakhir adalah controlling, biasanya dilakukan di akhir program atau di akhir tahun yang kita laksanakan, yaitu dengan bahasa muhasabah untuk mengetahui segala kekurangan, kelemahan, dan hambatan, serta kemudian bisa menyusun strategi kedepannya,” lanjutnya.

Diakhir materinya, Nisa mengimbau agar peserta pengajian menjadi orang yang beruntung. “Orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dengan terlebih dahulu bermuhasabah diri dan terus meningkatkan peran sertanya pada agama, bangsa dan negara, dengan terus budayakan tepo seliro, toleransi, dan saling peduli, agar seluruh warga bangsa toto titi tentrem, seger tanpo puyer, sehat tanpo obat, dan tetap baldatun toyyibatun warobbun ghofur,” pungkasnya.(nisa/NBA/bd)