PWMI Ajak Penyuluh Kebumen Jadi Pengusaha Mandiri

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kebumen-Perkumpulan Wirausaha Muslim Indonesia (PWMI) bekerjasama dengan Kankemenag Kebumen melalui Kelompok Kerja Penyuluh (pokjaluh) menggelar Sosialisasi Program pemberdayaan ekonomi Muslim menuju wirausaha mandiri, Rabu (7/3) di Aula Kankemenag Kebumen.

Peserta kegiatan merupakan Penyuluh Agama Islam Non PNS yang tersebar di 26 Kecamatan di Kabupaten Kebumen.  Menurut keterangan salah seorang penyuluh, “masing-masing kecamatan mengirimkan 3 orang Penyuluh Non PNS dengan kriteria belum mempunyai mobil dan diutamakan perempuan,” ucapnya.

Fahrudin SPdI selaku Penyuluh Fungsional yang mewakil Ketua Pokjaluh memberikan sambutan pada kegiatan tersebut. Menurutnya salah satu moto Penyuluh Agama Islam adalah berkhidmat untuk umat, untuk mencapai hal tersebut ada 3 pendekatan diantaranya pendekatan dakwah, pendekatan budaya dan pendekatan perdagangan. “Ini yang dilakukan oleh para Walisongo untuk melaksanakan syiar Islam di wilayah Jawa,” ucapnya.

Selanjutnya dia berharap melalui sosialisasi ini para penyuluh bisa belajar perdagangan dengan konsep Islam yang halal dan anti riba,  karena pada dasarnya Penyuluh non PNS ada yang punya spesifikasi produk halal dan konsep jual beli syar’i. Menurutnya hal ini supaya dilaksanakan dalam kerangka membangun perekonomian umat Islam Indonesia agar semakin kuat. Dia menukil sebuah hadits Nabi, “Orang iman yang kuat lebih baik daripada orang iman yang lemah,” jelasnya.

Perekonomian Secara Berjamaah

Arie Lestarie selaku Ketua Tim PWMI dan juga Ketua DPW PWMI Yogyakarta-Jateng II menyampaikan bahwa kedatangannya bukan seperti yang diperkirakan oleh para peserta. “Kami kesini bukan dalam rangka menyampaikan sistem Multi Level Marketing (MLM), tidak berafiliasi dengan partai manapun, dan juga bukan merupakan alumni 212,” paparnya.

Menurutnya PWMI merupakan perkumpulan para pengusaha dan pemilik perusahaan yang berusaha membangun perekonomian Indonesia  supaya lebih baik dengan memberdayakan dan meningkatkan produksi dalam negeri.  “Mirislah hidup kita dipenuhi oleh produk luar negeri,” ucapnya. 

Dijelaskan produk yang berputar di Indonesia 95,5 % merupakan produk non muslim yang notabene dari mancanegara, sementara kita hanya diberi porsi 0,5 %. Hal ini karena rendahnya keterlibatan umat Muslim pada perekonmian di Indonesia. “Mereka dalam meningkatkan perekonomian melalui pengembangan produk yang dilakukan secara berjamaah,  kita hanya berjamaah saat sholat saja,” ucapnya.  Maka dia mengajak peserta yang merupakan Penyuluh Agama Islam bisa meningkatkan perekonomian melalui pemberdayaan produk-produk dalam negeri agar bisa dilakukan secara berjamaah.

Dia mengaku bahwa PWMI memperoleh dana dari para pengusaha-pengusaha Muslim yang tersentuh hatinya membuat program peningkatan perekonomian Indonesia dengan mengajak beberapa mitra untuk bekerja sama. “Kami sudah mempunyai 350 mitra yang terbagi pada kantor cabang  di 16 Provinsi,” akunya.(pt/rf)