Semarang – Dalam rangka melaksanakan Program Kerja Bidang Penelitian dan Pengembangan, KKM MI Kota Semarang selenggarakan Studi Banding di Pondok Pesantren Daarut Tauhid Bandung, Jum’at hingga Ahad (22-24/2).
Kegiatan yang diikuti oleh Kepala MI se-Kota Semarang didampingi Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Semarang, Kasubag TU, Kasi Dikmad, dan Pengawas MI Kota Semarang menjadi ajang untuk menimba ilmu dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu MI di Kota Semarang.
Muh Habib selaku Ketua Rombongan menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada pengelola ponpes Daarut Tauhid. “Ada kesan yang menyenangkan, ada kesan yang memberkahi karena saat duduk di aula, kami langsung disambut dengan sebuah game yang membuat suasana menjadi rileks. Ada hujan batu, hujan badai, hujan rintik-rintik, dan angin sepoi-sepoi,” ungkapnya.
Selanjutnya Muh Habib menyampaikan silaturahim dan menimba ilmu menjadi tujuan utama dari studi banding ini. “Kami bersama 84 Kepala MI akan menerapkan hasil dari kegiatan ini untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan dan penanaman karakter untuk menyiapkan generasi di masa yang akan datang,” pungkasnya.
Sesaat kemudian Mulyadi selaku Pimpinan Direktorat Pendidikan Yayasan Daarut Tauhid menyambut hangat apa yang menjadi keinginan dari KKM MI Kota Semarang dengan memaparkan profil pendidikan di lembaga yang dipimpinnya. Mengutip QS. an-Nisa ayat 9, Mulyadi menyampaikan visi utama pendidikan di lembaga ini adalah menciptakan generasi yang kuat, jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah. “Umat Islam harus kuat ekonominya, harus kuat fisiknya, dan umat Islam harus kaya, jangan sampai lemah ekonominya,” tegasnya.
Untuk meraih visi tersebut maka, “Setiap out put (keluaran) dari sekolah kami selalu diupayakan kuat tauhidnya, benar dan istiqomah ibadahnya, Baku karakternya (berani, disiplin, tangguh – jujur, ikhlas, tawadhu’), dan memiliki hafalan al-Qur’an sesuai tingkatannya. Jika keempat tahapan itu terlampaui, maka nilai akademis akan mengikutinya,” tambahnya.
Merespon apa yang disampaikan pengelola, sejumlah kepala madrasah bertanya kepada pengelola. Nur Hayati misalnya menanyakan seputar bagaimana mengelola pendidikan yang berbasis karakter ini. Maskanah, lebih tertarik pada bagaimana mengembangkan kewirausahaan mulai dari yang kecil. Sementara Subiyono, yang juga menjadi ketua KKM MI Kota Semarang lebih menyoroti bagaimana cara mengelola pendidikan agar seluruh siswa benar sholatnya.
Akhirnya, semoga Studi Banding ini benar-benar menjadi ladang ilmu bagi kepala MI di Kota Semarang. Kata kuncinya adalah ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). (sby/bd)