081128099990

WA Layanan

081393986612

WA Pengaduan

LISTRIK UNTUK NEGERI (Menyalakan Harapan di Era Transisi Energi)

Picture of Team Humas Jateng

Team Humas Jateng

Oleh: Dr. H. Susilo Surahman, S.Ag., M.Pd., MCE. (Dosen Institut Teknologi Bisnis dan Kesehatan Bhakti Putra Bangsa Indonesia Purworejo)

Hari ini, 27 Oktober 2025, bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Listrik Nasional. Sebagai seorang dosen yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dan pengabdian masyarakat, saya memaknai momen ini bukan sekadar perayaan historis, tetapi sebagai titik refleksi: sejauh mana listrik telah menjadi cahaya pembangunan, dan ke mana arah energi Indonesia di masa depan?

Delapan puluh tahun lalu, tepat setelah kemerdekaan, Indonesia mengambil alih aset kelistrikan dari Jepang. Sejak saat itu, listrik menjadi simbol kedaulatan dan kemajuan. Namun kini, tantangan kita bukan lagi sekadar menghadirkan listrik ke pelosok negeri, melainkan memastikan bahwa listrik yang tersedia adalah adil, bersih, dan berkelanjutan.

Dalam dunia akademik, listrik bukan hanya soal teknis. Ia adalah denyut kehidupan. Tanpa listrik, pendidikan digital tak berjalan, layanan kesehatan terhambat, dan industri lumpuh. Namun, saya juga menyaksikan bahwa masih ada daerah yang bergantung pada genset, sementara kota-kota besar mulai bicara soal smart grid, panel surya, dan kendaraan listrik.

Sebagai pendidik, saya percaya bahwa kampus memiliki peran strategis dalam transisi energi. Kurikulum harus adaptif, riset harus lintas disiplin, dan mahasiswa harus dilibatkan dalam solusi nyata. Energi bukan hanya urusan teknisi, tapi juga ekonom, sosiolog, dan komunikator publik.

Tahun 2025 ini, pemerintah menargetkan bauran energi baru terbarukan mencapai 23%. Namun realitas di lapangan menunjukkan bahwa kita masih tertinggal. Di sisi lain, masyarakat mulai sadar akan pentingnya penghematan energi, penggunaan panel surya, dan kendaraan listrik. PLN pun meluncurkan berbagai program, termasuk diskon tambah daya sebagai bagian dari kampanye HLN ke-80. Ini langkah positif, tetapi perlu diiringi dengan edukasi publik yang masif dan berkelanjutan.

Listrik bukan sekadar aliran daya. Ia adalah harapan. Di balik nyala lampu, ada anak desa yang bisa belajar, ada ibu yang bisa memasak dengan aman, ada pelaku UMKM yang bisa berproduksi. Listrik adalah bahasa kemajuan yang harus bisa dibaca oleh semua lapisan masyarakat.

Maka, mari jadikan Hari Listrik Nasional sebagai titik tolak perubahan. Kampus harus menjadi pusat inovasi energi. Pemerintah perlu mendengar suara akademisi dan komunitas. Masyarakat harus didorong menjadi pengguna energi yang bijak. Dan kita semua, sebagai bagian dari bangsa, harus menyalakan harapan—bukan hanya lampu.

Karena listrik bukan hanya soal terang, tapi tentang masa depan yang lebih adil, hijau, dan berdaya. Selamat Hari Listrik Nasional.(s)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Skip to content