Kurikulum 2013 Agar Mampu Merubah Sikap Dan Mental Spiritual

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang — Madrasah kini tak lagi menjadi kelas dua dibanding sekolah umum. Sejumlah madrasah di Indonesia bahkan menjadi primadona bagi masyarakat. Banyak juga lulusan madrasah yang menjadi pejabat, pegawai, dan orang-orang sukses di bidangnya.

Demikian disampaikan oleh Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Drs. H. Jamun Effendi, M.Pd.I. pada sosialisasi Kurikulum 2013 yang diselenggarakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang di Hotel Gajahmada Rembang baru-baru ini.

Beliau mengatakan, dengan adanya kurikulum 2013, madrasah diharapkan lebih unggul dari sekolah umum. Utamanya dalam membentuk karakter siswa dengan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan mental spiritual yang tinggi.

Beliau juga mengemukakan, UU nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional sudah menyetarakan antara sekolah umum dan madrasah. Karenanya, Kementerian Agama bekerjasama dengan pemerintah terkait melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan madrasah, termasuk BOS, BSM, dan sebagainya.

Drs. H. Shofi M.Ag. selaku narasumber mengatakan, dalamnya pengetahuan tak lagi menjadi tujuan utama dari pendidikan formal saat ini. Kurikulum 2013 tak hanya mengedepankan teori-teori saja, namun lebih dari itu. Analisis, ketrampilan, dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari menjadi tujuan utama dari kurikulum terbaru ini.

Beliau menerangkan, kurikulum 2013 tak hanya menjadikan peserta didik cerdas secara intelektual, namun juga mempunyai skill yang tinggi. “Kurikulum 2013 bertujuan menjadikan peserta didik mempunyai kemampuan yang lebih, seperti pandai berdiskusi, berkarakter, dan berbudaya. Juga ketrampilan seperti dan teknologi,” jelasnya.

Beliau mengambil contoh, yang diharapkan dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) tak pengetahuan tentang nilai-nilai agama Islam, Sejarah Islam, dan lainnya. “Dari pengetahuan tentang baik dan buruk, peserta didik diharapkan bisa menganalisis dan menilai sendiri bagaimana sesuatu itu dikatakan sebagai sesuatu yang baik dan buruk bagi dirinya sendiri dan juga untuk orang lain. Dengan begitu akan timbul perubahan sikap, hingga ke perubahan mental spiritual,” paparnya.—Shofatus Shodiqoh