081128099990

WA Layanan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

Orasi Menteri Agama pada Wisuda ke XVIII UNU Surakarta

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Surakarta – Wisuda  ke  XVIII Program Sarjana dan Magister Universitas NU Surakarta 27/2, di hadiri Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Syaifudin, Kapuspinmas Rudi Subiantoro, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. Jateng Ahmadi, Wakil Walikota Surakarta Ahmad Purnomo dan segenap civitas akademik UNU Surakarta. 

Sambutan walikota Surakarta yang dibacakan oleh Purnomo mengatakan “jangan merasa gengsi setelah menjadi sarjana untuk melaksanakan kegiatan sekecil apapun, karena gengsi akan menjebak dirinya sendiri dalam kegagalan, awalilah dengan ketekunan dan abaikan gensi sebab sesuatu diawali dari kecil.

Rektot UNU Mufrod mengatakan “ Dies natalis merupakan momentum dan sarana evaluasi bagi perguruan tinggi, untuk memperbaiki kekurangannya selain itu ia juga berpesan kepada wisudawan, kami titipkan kepada Saudara agar dapat menjaga nama baik almamater, sehingga dapat mengharumkan almamater khususnya serta dapat mengabdikan diri untuk kemaslahatan ummat. dilaporkan juga UNU saat ini mewisuda Sampai saat ini UNU telah mewisuda sebanyak 3870 sarjana dan pasca sarjana. hari ini mewisuda 220 wisudawan terdiri 53 wisudawan Megister, 12 Wisudawan FAI, Prodi Al-Ahlal ASY-Syahsiyah, 130 Prodi PAI, 8 Wisudawan FAk Teknik Mesin 10, Fak Ekonomi Prodi Menejemen dan 7 Fak. Hukum Prodi Ilmu Hukum.

Dalam orasinya  Menteri Agama  mengatakan kepada para wisudawan ini adalah persinggahan sementara ketiga Saudara menjalani proses belajar di UNU ini yang patut kita sukuri karena tidak semua mahasiswa bisa mencapai halte yang sekarang telah kita capai, karena masih banyak persinggahan lainya untuk menuju terminal.

Harapan beliau adalah dapat memahamami apa sesungguhnya misi kehadiran NU di Republik tercinta ini, karena Saudara menyandang predikat gelar sarjana Universitas Nahdlatul Ulama. Saudara diharapkan untuk dapat menggali dan menjadi seperti ulama-ulama besar seperti Ibnu Shina, Ibnu Rose alkindi dll, yang tidak hanya menguasai ilmu agama namun juga menguasai ilmu pengetahuan Umum.

Aswaja ahlus sunnah waljama’ah yang dikembangkan oleh NU adalah yang berdiri diatas prinsip moderisme yang antara lain mengakui nilai tawassul, moderat, tasawuf, toleransi tawadzuk berimbang dan ‘itibar. NU tidak memihak antara Extrim kanan dan kiri, jadi umat islam jadilah umat penengah yang adil.

Dalam akhir orasinya ia mengatakan ahli sunah waljamaah NU yaitu penerimaan terhadap Pancasila merupakan keputusan final ditengan keadaan yang saling berseberangan yaitu menjadikan Negara Indonesia sebagai Negara Islam dan ingin menjadikannya Negara sekuler maka Pancasila merupakan jalan moderat untuk menghindarkan Indonesia dari kehancuran. Pancasila tidak dapat menggantikan agama dan Pancasila adalah dasar Negara, itulah ketegasan NU dalam menyikapi soal-soal keindonesiaan. (bd/gt)