Satukan Langkah, Didik Murid dengan Hati Nurani

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Boyolali – Keberhasilan pendidikan agama di sekolah tidak hanya didasarkan dari perolehan nilai peserta didik semata, tetapi juga dari perilaku sehari-hari. Untuk mengaplikasikan pelajaran agama pada kehidupan sehari hari, diharapkan guru menyatukan visi, memberikan pelajaran kepada peserta didik dengan sepenuh hati. Jangan sampai memberikan pelajaran kepada peserta didik hanya tekstual, sesuai dengan apa yang ada di buku pelajaran saja.

“Satukan langkah, didik murid dengan hati nurani,” ungkap Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Boyolali, Nuruddin pada acara Rakor Antar Instansi dan Pembinaan Guru Agama Kristen, Katolik, Hindu dan Budha Kabupaten Boyolali.

“Tidak dapat dipungkiri, pendidikan agama adalah salah satu mata pelajaran yang berpengaruh langsung tehadap perilaku murid,” lanjut Nurudin.

Salah satu point pada pelajaran pendidikan agama yang diajarkan di sekolah adalah tentang akhlak atau tingkah laku. Tindak tanduk peserta didik secara tidak langsung berimbas kepada nama guru agama yang bersangkutan. Apabila ada tindak tanduk peserta didik yang kurang bagus, baik di sekolah maupun di rumah, maka secara otomatis nama guru agama akan tercatut sebagai guru mata pelajaran yang didalamnya terdapat pendidikan tingkah laku atau akhlak dari peserta didik tersebut.

Guru agama harus menjadi contoh baik bagi peserta didik maupun bagi lingkungan. Keberadaan guru agama dalam bermasyarakat harus bisa menjadi panutan bagi lingkungannya. Gelar guru agama di masyarakat menandakan bahwa yang bersangkutan memiliki pengetahuan keagamaan yang lebih dibandngkan dengan yang lain. Sehingga dalam hal perilaku maupun hubungan social di masyarakat harus lebih baik. Perilaku dan hubungan social yang baik secara tidak langsung juga berpengaruh kepada keberhasilan guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Ujarnya.

Nuruddin juga berharap agar guru agama mengajarkan kepada peserta didik tentang kedamaian. Mengingat akhir akhir ini banyak sekali tindakan tindakan berkedok agama yang meresahkan masyarakat. Tidak ada suatu agama apapun yang mengajarkan tentang ekstrimisme, perbuatan tidak menyenangkan kepada orang lain, dan apapun yang sifatnya merugikan diri sendiri dan orang lain. Tindakan-tindakan tersebut bukan merupakan ajaran dari agama manapun tetapi lebih kepada luapan emosi maupun dilator belakangi oleh kepentingan sesaat.

Rakor Antar Instansi dan Pembinaan Guru Agama Kristen, Katolik, Hindu dan Budha Kabupaten Boyolali diselenggarakan oleh Pembimbing Masyarakat Katolik Kementerian Agama Kabupaten Boyolali pada hari Kamis (06/04) di Gereja Kristen Bethel Tabernakel Boyolali diikuti oleh 130 guru agama Kristen, Katolik, Hindu dan Budha se kabupaten boyolali. (jaim/Wul)