081128099990

WA Layanan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

Seminar Penguatan Toleran Menepis Radikalisme

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kudus – LSM PUSAKA (Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Kajian Multikultural ) Kudus bekerja sama dengan Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri mengadakan Seminar dengan Tema “ penguatan Islam Toleran Menepis Radikalisme”, diikuti sebanyak 50 peserta dari unsur siswa MA NU Banat dan MA Qudsiyyah bertempat di MA Qudsiyah.(10/3)

Tujuan kegiatan adalah agar para anak didik tidak mudah terpengaruh atau terprovokasi dengan paham Radikalisme yang saat ini sudah memasuki di pelosok pelosok daerah. Termasuk di Kabupaten Kudus. Kegiatan seminar ini menghadirkan 3 nara sumber yaitu : M.Agus Yusrun Nafi, S.Ag,M.SI dari Kemenag, Budi Ariyanto, M.Pd dari Aktivis dan Agus Muhajir, S,Ud dari Akademisi.

Hadir memberikan sambutan saat membuka acara secara resmi Yasin Hade De dari Kemendagri Jakarta, beliau mengatakan tantangan kita sekarang adalah bagaimana kita menata kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan situasi, kondisi dan kontek kekinian. Peran aktif kita besama sebagai komponen bangsa dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya melakukan perubahan secara gradual, konstruktif dan terukur sesuai dengan semangat reformasi. Perubahan perubahan dimaksud adalah terkait dengan penataan sistem penyelenggaraan pemerintahan, sistem politik, sosial dan nasional lainya sesuai dengan dinamika lingkungan dan berdasarkan konsensus nasional yang telah diamanatkan dalam Undang Undang Dasar yang telah diamandemen.

Beberapa tahun belakangan ini diberbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara telah mengalami gejala kemunduran dalam wawasan kebangsaan yang membawa berpengaruh terhadap penurunan kualitas jati diri bangsa. Ikatan ikatan dalam berbagai aspek kehidupan yang sebelumnya terpatri sangat kuat dalam dada para pejuang, yang mempunyai titik pandang yang sama, serta solidaritas nasional yang tinggi, kini mulai bergeser. Para pemuda cenderung ter- fragmentasi dalam ikatan ikatan ideologis tertentu dan fanatisme yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan yang pada akhirnya memperlemah ikatan kebangsaan tatanan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Diakhir sambutanya beliau mengajak kita bersama sama saling bahu mambahu dalam rangka mengembangkan dan membangun kerukunan beragama dalam menepis radikalsme sebagai wujud ketahanan nasional sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Kudus.

Hadir sebagai nara sumber Budi Ariyanto dengan tema “ Peran Pemuda Dalam Menepis Radikalisme mengatakan bahwa dilihat dari segi perkembangan dalam keyakinan seseorang peserta didik SMA/MA berada pada tahap ke tiga, yaitu tahap kepercayaan sintetik konvensional. Pada tahap ini peserta didik patuh terhadap pendapat dan kepercayaan orang lain dan cenderung ingin mempelajari tanpa diikuti dengan sikap kritis dalam meyakininya. Dengan kepercayaan ini peserta didik dapat dengan mudah didoktrin termasuk dengan doktrin doktrin yang bertentangan dengan nilai nilai agama yang dipercayainya sehingga hal itu dapat membahayakan dirinya. Disatu sisi pada tahap kepercayaan ini peserta didik dapat diarahkan dengan baik jika mereka bergabung dengan kelompok keagamaan yang membangun iklim beragama secara sehat. Disisi lain perkembangan keagamaan peserta didik bisa mejadi buruk jika mereka bergabung dengan kelompok radikal. Dengan fenomena diatas maka perlu strategi atau langkah langkah untuk menepis radikalisme yaitu :

  1. melalui pendidikan baik formal maupun non formal dan deradikalisasi yakni sebuah langkah untuk merubah sikap dan cara pandang yang dianggap keras menjadi lunak , toleran, pluralis, moderat dan liberal.
  2. Belajar agama kepada guru yang memiliki sanad
  3. Berfikir secara kritis dan analitis sehingga tidak menerima informasi begitu saja sebagai kebenaran absolut tanpa disaring terlebih dahulu.

Selanjutnya di akhir arahanya beliau mengajak para peserta seminar untuk ikut berperan dalam menepis radikalisme yaitu dengan menghindari konfirmasi/follow akun akun anonim, Stop membangikan informasi berbau SARA, dan menulis di blog, status dan posting foto yang menyejukkan.

Hadir Nara sumber Agus Yusrun Nafi dari Kemenag dalam temanya yang berjudul “ Islam Rahmatan Lil Alamin “ mengatakan Islam adalah agama yang damai dan penuh kasih sayang , memberi rahmat bagi semesta alam yang mencakup bumi beserta isinya. Karena islam adalah agama yang damai dan kasih sayang maka diharapkan kita tidak boleh melakukan tindakan yang anarkis. Menggunakan jalur kebudayaan dan metode alkuturasi serta berdakwah dengan bijak dan nasehat baik.

Hadir Agus Muhajir dari Akademis dalam temanya yang berjudul “ Upaya mencegah radikalisme” mengatakan ada beberapa upaya untuk mencegah Radikalisme yaitu: Perdalam pemahaman keagamaan, ikuti para ulama salaf, perbanyak silaturahmi, tabbayun dalam mensikapi berita, dahulukan musyawarah, lemah lembut dalam bersosial dan berdakwah dan ajarkan toleransi sejak dini serta tanamkan pendidikan akhlak sejak dini.(S.Zul/bd)