Santri Harus Berfikir Kreatif, Terbuka Dan Paham Gusjigang

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kudus – (22/10)  Upacara Hari Santri Nasional di Kabupaten Kudus berlangsung Khidmad dan semarak . Bupati Kudus  H.M  Tamzil  dengan mengenakan sarung , baju koko , dengan ikat kepala menjadi inspektur upacara , sedangkan yang menjadi perwira upacara adalah Kepala Kantor Kementerian Agama  Kabupaten Kudus , Noor Badi, kegiatan  upacara yang dilaksanakan di Alun alun Simpang Tujuh Kudus, Hadir pada kesempatan tersebut  Wakil Bupati Kudus ( Hartopo ) Sekda Kudus , Forkopinda, Kodim, Polres  Ketua OPD termasuk Jajaran Kemenag yaitu KaKanKemenag dan  Kepala KUA ,  para santri, FKUB, Pengurus IPNU dan Muhammadiyah  serta  tokoh masyakat.

Dalam amanatnya Bupati Kudus H.M Tamzil Kudus sebagai inspektur upacara mengatakan sebagai umat islam  harusnya patut berbangga karena Hari Santri Nasional merupakan sebuah penghargaan untuk para santri. Mengingat sejarah masa lalu dalam upaya kemerdekan bangsa Indonesia , HM. Tamzil berujar bahwa peran kiai dan santri tak bisa dinafikkan . Hal tersebut terbukti bahwa pada perjuangan kemerdekaan tersebut , para kiai dan santri tidak hanya mementingkan golongannya semata tetapi juga memikirkan cinta tanah air .

“ Sejarah resolusi jihad membuktikan bahwa para kiai dan santri tidak hanya memikirkan pondoknya saja tetapi juga bangsa dan negaranya “ ucapnya

“Santri masa kini tidak hanya dimaknai sebagai orang yang belajar di pondok pesantren saja tetapi harus  mempunyai fikiran yang kreatif terbuka dan paham Gusjigang serta dapat menyebarkan agama islam sebagai agama kedamaian dalam mewujudkan Indonesia Rahmatan Lil alamin”. imbuhnya

Di akhir sambutanya beliau menyampaikan bahwa sebagai masyarakat Kudus yang memiliki ajaran Gusjigang ( Bagus, Ngaji dan Dagang ) yang disebarkan oleh Sunan Kudus, maka para santri diharapkan mampu mempraktekkan filosofis tersebut di masa sekarang maupun masa mendatang. “ Bagus artinya kita memiliki sikap dan sifat yang halus dan baik. Ngaji artinya tidak hanya mengaji Al Qur’an tetapi juga mempunyai semangat belajar dan berpikiran terbukadan dagang menjadi simbol untuk masyarakat Kudus agar mampu berusaha dan berwirausaha. (St.Zul/wwk/bd)