Mengubah Kulit Kacang Menjadi Kembang, Anis Raih Juara

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Sukoharjo – Barang yang yang sudah tidak digunakan kadang dianggap sampah bagi sebagian masyarakat. Namun tidak bagi seorang siswi Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Sukoharjo ini. Anis Sasmita Mustikawati, siswa kelas 4-B menjadi yang terbaik pada lomba kreasi pemanfaatan barang bekas yang diselenggarakan oleh madrasah. Ia berhasil berkreasi memanfaatkan kulit kacang untuk dijadikan sebuah kembang atau bunga.

Anis, demikian panggilannya, berhasil menyisihkan puluhan kreasi dari siswa lainnya karena berdasarkan penilaian tim juri karyanya merupakan yang paling kreatif. Anis sendiri mengaku bahwa ia dibantu diarahkan oleh kedua orang tuanya supaya hasilnya bisa lebih indah. Arahan orang tuanya terbukti dengan menjadikan karya Anis menjadi yang terbaik.

Thropy pemenang diserahkan langsung oleh Danuri selaku kepala madrasah usai upacara hari Senin (19/11/2018). Menurut Danuri, dengan diadakannya kompetisi kreasi pemanfaatan barang bekas oleh madrasah diharapkan memacu semangat siswa untuk berkreasi dengan memanfaatkan berbagai barang yang sudah dianggak tidak digunakan.

“Sekarang bagi kami tidak ada istilah sampah. Semua harus bisa dimanfaatkan dengan berbagai kreasi dan inovasi,” ujar Danuri. Lebih lanjut beliau bertekad untuk mengurangi volume barang yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi di lingkungan madrasah. Penggunaan barang di madrasah baik oleh siswa, guru, ataupun karyawan akan terprogram untuk reuse kembali.

Masih menurut Danuri, madrasah telah mengubah berbagai barang bekas menjadi berbagai barang yang mempunyai nilai lebih dan dapat dimanfaatkan kembali. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya kepedulian madrasah terhadap lingkungan dengan mengurangi volume sampah.

“Kami selalu libatkan siswa dan orang tuanya untuk mendukung program peduli lingkungan atau adiwiyata di madrasah. Dengan demikian program adiwiyata dapat berjalan dengan kesadaran sendiri dari warga madrasah. Meskipun awalnya sulit, Alhamdulillah sekarang ini dapat berjalan dengan baik,” papar calon pengawas Agama Islam tersebut.

Sementara itu koordinator adiwiyata madrasah, Anton Purwoko, menjelaskan bahwa berbagai kegiatan kompetisi antar siswa telah dilakukan untuk menjaga kekompakan dan kepedulian siswa dalam menjaga lingkungan sekitar. Sistem kompetisi yang dibuat juga mempertimbangkan tingkatan kelas sehingga siswa setiap tingkatan merasakan kompetisi yang adil.

“Kompetisi kepedulian lingkungan ada yang kami buat antar individu, antar kelompok kerja, bahkan ada yang antar kelas. Semua tergantung jenis kompetisi yang kami buat. Yang terakhir kompetisi antar siswa pemanfaatan barang bekas ini. Alhamdulillah respon orang tua juga sangat baik dan meminta kami untuk mengadakan kembali secara berkala,” tandas alumni Program Magister UII Yogyakarta ini.(Pry/Djp/bd)