Guru dan Penyuluh Agama Kristen dan Katholik Diminta Kampanyekan Moderasi Beragama

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang – Keberagaman di Indonesia harus dirawat sedemikian rupa agar persatuan dan kesatuan Indonesia dapat dipertahankan. Merawat keberagaman tersebut di antaranya bisa dilakukan dengan penguatan moderasi beragama yang menjadi salah satu fokus kinerja Kementerian Agama.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Kankemenag Kabupaten Rembang, M. Fatah ketika memberikan arahan kepada sejumlah guru dan penyuluh Agama Kristen dan Katholik pada rapat koordinasi yang diadakan pada Selasa (16/2/2021).

Fatah mengatakan, penguatan moderasi merupakan hal yyang signifikan untuk mempertahan keutuhan NKRI. Diungkapkannya, Indonesia mempunyai beragama suku, bahasa dan agama, namun bisa hidup rukun berdampingan. Kerukunan di Indonesia ini banyak dikagumi oleh negara luar sana. Mereka menilai, Indonesia luar biasa karena belum ada hal yang bisa memecah belah NKRI. Padahal keberagaman suku, ras dan agama sangat berpotensi untuk perpecahan,” katanya.

Oleh karena itu Fatah mengimbau kepada segenap guru dan penyuluh agama Kristen dan Katholik untuk berpartisipasi merawat keberagaman tersebut dengan aktif memberikan edukasi kepada masyarakat.

“Kita harus bisa menjadikan keberagaman sebagai sumber persatuan. Bukan sebagai sumber perpecahan dan peperangan. Anggap saja keberagaman ini layaknya makanan yang sedap. Sedapnya itu karena unsur rempah dan bumbu yang bermacam-macam,” ujarnya.

Disebutkan Fatah, ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk menguatkan moderasi beragama. Pertama, menjunjung tinggi kemanuusiaan. Hal ini didasari prisip ukhuwah basyariyah, yaitu persaudaraan yang didasarkan atas kemanusiaan. “Ukhuwah basyariyah ini berdasarkan kebutuhan hak asasi manusia,”  katanya.

Kedua, mengamankan Pancasila dan NKRI. Ketiga, turut serta menjaga ketertiban umum. “Kita tidak boleh terpangaruh akan perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan sebagai sumber perseteruan. Kepada sesama, kita tidak boleh membuat sekat-sekat karena perbedaan suku, bahasa dan agama,” ujarnya. — iq/qq