Menuju Pembelajaran Tatap Muka, Madrasah Selaraskan Langkah

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Surakarta – Persiapan Pembelajaran Tatap Muka dipersiapkan sejak dini. Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Kota Surakarta, Syamsuddin mengundang Kepala Madrasah Negeri/Swasta dan Pengawas Madrasah untuk berkoordinasi dan evaluasi persiapan pada tiap madrasah. Hadir dalam kegiatan, Kepala Kankemenag Kota Surakarta, Hidayat Maskur yang menyapa dan mengawali dengan sambutan.

Hidayat menjelaskan di awal, bahwa perlu adanya pemahaman yang sama terkait vaksinasi covid-19. “Jangan sampai ada guru, apalgi guru madrasah yang menolak untuk vaksin, bisa jadi akan menghambat pelaksanaan pembelajaran tatap muka,”jelasnya.

Ia mengingat pada para guru untuk tidak dengan mudah mempercayai berita-berita dari media sosial yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Setelah lebih dari 1 tahun pelaksanaan pembelajaran online atau jarak jauh, Hidayat mengamati makin marak dan semakin banyaknya anak-anak jalanan. Hal tersebut tentu menjadi salah satu indikator perlunya kegiatan belajar mengajar di sekolah diaktifkan kembali. “Beberapa waktu yang lalu, saya bersama Pak Syam sempat berkeliling, dan mengamati di sejumlah madrasah, dan ternyata masih banyak madrasah yang tidak menyediakan tempat cuci tangan di masing-masing kelas,”imbuhnya. Hidayat memotivasi pada seluruh Kepala Madrasah, untuk segera menyiapkan kelengkapan protocol kesehatan.

Selanjutnya, Kirno Suwanto, Kepala MTsN 1 Surakarta sebagai salah satu madrasah yang melaksanakan simulasi dan berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Surakarta, memaparkan persiapan dan berbagi pengalaman. “Menurut informasi sampai saat ini, yang akan mengawali pembelajaran tatap muka adalah setingkat Tsanawiyah, Aliyah, SMP, dan SMA/K,”tuturnya.

Kirno kemudian menampilkan video simulasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka, mulai dari awal kedatangan siswa hingga kepulangan siswa. “Dibuat 2 jalur, terpisah antara laki-laki dan perempuan,”tuturnya.

Ia menambahkan bahwa perlu adanya petugas di setiap tempat cuci tangan, yang akan mengamati prosedur cuci tangan yang baik. Selain itu, jumlah anak dalam 1 rombongan belajar dijelaskan untuk tidak lebih dari 16 anak. Dalam persiapan lainnya, tentu diperlukan adanya SOP Pelaksanaan Pembalajaran, SOP Pelayanan Perpustakaan, SOP Penggunaan Laboratorium, dan lain sebagainya.“Diawali pula dengan sosialisasi pada wali murid, serta angket apakah anak diijinkan mengikuti pembelajaran tatap muka atau tidak,”tuturnya. Di akhir penjelasan, Kirno menambahkan pentingnya ada MoU dengan Puskesmas terdekat. (may/bd)