Asah Literasi, Tangkal Berita Hoaks

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Ungaran – Saat ini teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengalami perkembangan yang cepat dan pesat bahkan massif konsekuensinya, sehingga berimbas pada perubahan peradaban manusia termasuk institusi pendidikan. Dengan kata lain, telah terjadi society on the move yang mengharuskan semua guru dan tenaga kependidikan beradaptasi dengan keadaan.

Demikian ungkapan pertama disampaikan oleh pengawas PAI jejang menengah SMP, SMA dan SMK, Nur Solichah dalam kegiatan pembinaan rutin di SMP N 1 Suruh, Rabu (18/8).

Di depan Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) binaannya, dirinya menekankan betapa pentingnya seorang guru mempersiapakan diri di era revolusi industri 4.0, yang salah satu cirinya, hampir separuh aktifitas manusia telah terkoneksi dengan internet.

“Bukankah saat ini belanja barang cari yang online. Beli tiket pesawat, tiket kereta untuk bepergian juga online. Karenanya, sudah saatnya seluruh GPAI harus tahu, paham dan mengaplikasikan apa yang dimaksud kecakapan abad- 21, sehingga dalam pengembangan pembelajaran PAI di kelas baik secara tatap muka maupun tatap maya, mampu mengimbangi dan menyesuaikan”, katanya.

Lebih detail dirinya menjelaskan bahwa bentuk pengembangan pembelajaran di kelas berbasis kecakapan abad -21, setidaknya meliputi empat hal yakni: Inquiry and Discovery Learning, yang mengharuskan GPAI siap dengan berbagai pertanyaan kritis dari peserta didik. Student Center Learning, dimana peserta didiklah yang menjadi pusat sekaligus sumber pembelajaran dan bukan lagi guru yang pegang kendali. Problem Base Learning yakni merangsang anak didik untuk bisa memecahkan suatu masalah sehingga banyak belajar agar mampu mengaplikasikan di lapangan. Collaboration Learning yakni membiasakan anak mampu berkolaborasi bersama rekan- rekannya dalam belajar dan mempelajari suatu hal.

“Inilah mengapa dalam pendidikan abad-21 selanjutnya dikenal dengan istilah 4C yaitu Critical Thingking, Creativity, Cummunication and Collaboration,” imbuhnya.

Di akhir pembinaan, tak lupa Nur Solichah berpesan bahwa dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengajar pada pembelajaran abad-21, seluruh GPAI harus pula memiliki kemampuan pengembangan literasi yang baik, mulai dari literasi data, literasi teknologi dan literasi humanis.

“Kami yakin sepenuhnya kalau kemampuan literasi ini dilaksanakan dan dikembangkan dengan baik, guru maupun siswa tidak akan mudah percaya begitu saja dengan dengan berita bohong (hoaks), sebab mereka sudah terbiasa mencari sumber informasi yang benar, dapat dipercaya dan valid,” pungkasnya. (ns-shl/bd)