GPAI Diajak Untuk Menggelorakan Moderasi Beragama di Dunia Pendidikan

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang, Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubbag TU) Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kota semarang, Rachmad Pamudji, berkesempatan memberikan pengarahan pada kegiatan Rapat Koordinasi (Rakor) Organisasi Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) Kemenag Kota semarang pada Senin (21/3/2022) di Kelompok Belajar (KB) Pelita Bangsa yang beralamat di Jalan Taman Karonsih RT 5 RW 4 Kelurahan Ngaliyan Kota Semarang.

Kegiatan yang diprakarsasi oleh Forum Komunikasi Guru PAI Taman Kanak-Kanak (FKG PAI TK) Kota Semarang, diikuti oleh pengurus FKG PAI TK, pengurus Kelompok Kerja Guru (KKG) PAI SD, pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI SD, SMP, SMA dan SMK Kota Semarang. Ikut hadir pula pengawas PAI Kemenag Kota Semarang.

Dalam pengarahannya, Pamudji menyampaikan peran penting GPAI sebagai corong dan agen moderasi beragama dari Kemenag.

“GPAI merupakan tangan panjang dari Kemenag dalam meluruskan pemberitaan-pemberitaan miring yang beredar di masyarakat, terkait kebijakan-kebijakan Menteri Agama,” tutur Pamudji.

“GPAI diimbau untuk bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat melalui siswa didiknya, guna memberikan penjelasan agar tetap terwujudnya kondusivitas dalam masyarakat, utamanya dalam pelaksanaan beragama dan beribadah,” sambungnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Kemenag Kota Semarang telah menggandeng Persatuan Anak Negeri (Persadani) yang beranggotakan eks napiter terorisme, guna menjadi agen moderasi beragama.

“Kami mohon baik dari FKG PAI TK, KKG PAI SD, maupun MGMP PAI SMP, SMA dan SMK untuk bisa bekerja sama dengan Persadani guna pensosialisasian moderasi beragama bagi siswa, entah itu diwujudkan dalam bentuk diskusi dalam kelas atau melalui kegiatan Persami (perkemahan sabtu minggu), pesantren Ramadhan atau kegiatan-kegiatan lain yang ikut melibatkan peserta didik,” imbau Pamudji.

“Siswa sebagai generasi penerus bangsa menjadi sasaran empuk bagi penggagas ideologi-ideologi yang anti kebangsaan seperti radikalisme dan ekstrimisme. Mereka adalah anak-anak bangsa yang kedepannya kita harapkan menjadi pemimpin negara Indonesia, jika terjadi kehancuran ideologi generasi masa depan bangsa, maka akan menjadi apa negara kita kelak. Untuk itu penting bagi kita membekali anak didik kita mengenai moderasi beragama yaitu beragama yang moderat, dimana menjalankan ibadah sesuai agamanya masing-masing tetapi tidak melanggar hak asasi pemeluk agama lain. Hal ini perlu kita tekankan kepada siswa karena negara Indonesia itu multi agama, sehingga guna terwujudnya kedamaian dan keharmonisan dalam berkehidupan, diperlukan toleransi antar umat beragama,” ujar Pamudji.

“Dengan pondasi agama yang kuat, akan mampu memberikan dasar kepada anak-anak kita dalam menghadapi paham sesat yang sering kali berkedok agama,” lanjutnya.

Pada kesempatan ini pula, Pamudji mengajak kepada GPAI untuk menjadikan bulan Ramadhan sebagai momentum penggeloraan moderasi beragama.

“Sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan. Marilah melalui bulan Ramadhan tahun 1443 H ini, menjadi momentum untuk menebarkan kedamaian dan kebaikan kepada sesama, baik yang seiman maupun beda agama,” pungkas Pamudji. (NBA/bd)