Sekolah Penggerak Harus Siap Terapkan Kurikulum Merdeka

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang, Kamis (30/6/2022) KKG PAI Kecamatan Pedurungan kembali menggelar In House Training (IHT) di SDN Pedurungan Lor 02. Selain KKG PAI dimaksud, hadir pula Kepala Sekolah setempat, dan Koordinator Satuan Pendidikan (Korsatpend) Kecamatan Pedurungan, yang dalam sambutannya menyampaikan ucapan selamat kepada sekolah yang lolos sebagai sekolah penggerak. “Kami ucapkan selamat kepada SD di lingkungan Kecamatan Pedurungan yang lolos sebagai sekolah penggerak dari 578 SD se-Kota Semarang, yaitu SDN Pedurungan Kidul 01, SDN Muktiharjo Kidul 02, SDIT Supriyadi 1 dan SD Cahaya Ilmu. Konsekuensi dari sekolah yang lolos sebagai sekolah penggerak, tentunya dituntut untuk menggunakan kurikulum merdeka dalam kegiatan belajar mengajar,” tuturnya.

“Mengapa kurikulum perlu dirubah? Karena guru sebagai pendidik harus bisa mengikuti perkembangan zaman. Untuk itulah perlu ada penggantian kurikulum, karena kalau tidak maka akan ketinggalan zaman,” jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, ia juga menyampaikan pesan agar GPAI dalam menjalankan tugasnya untuk mendidik para peserta didik dengan sepenuh hati, dan keikhlasan.

“Jadilah guru di hati dan dinanti,” ujarnya.

Dalam kegiatan tersebut, didapuklah beberapa GPAI muda untuk menyampaikan materi dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi dari KKG PAI Kecamatan Pedurungan. Selain itu dihadirkan pula pengawas PAI Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kota Semarang, H.M.Faojin, yang dalam kesempatan tersebut mengupas tuntas tentang paradigma asesmen Kurikulum Merdeka, assesmen formatif, sumatif dan diagnostik.

Mengawali pemaparan materinya, H.M. Faojin menekankan pentingnya pemahaman tentang paradigma asesmen Kurikulum Merdeka. “Sebelum menginjak lenih jauh, perlu dipahami terlebih dahulu apa itu paradigma asesmen Kurikulum Merdeka, yaitu kurikulum yang menekankan pada penerapan pola pikir bertumbuh (Growth Mindset),” terangnya.

“Ada 3 jenis asesmen, yaitu asesmen yang dilakukan selama proses pembelajaran (asesmen formatif), asesmen yang dilakukan pada setiap akhir pembelajaran (asesmen sumatif), dan asesmen yang dilakukan di awal pembelajaran atau di awal sub materi (asesmen diagnostik),” sambungnya.

Di sela-sela penyampaian materinya, ia juga mengapresiasi terhadap narasumber muda dan berharap terbentuk komunitas belajar, sehingga GPAI muda bisa secara bergantian menjadi narasumber.(Rahmat Sarjito/Faojin/NBA/rf)