Boyolali – Pencanangan Tahun 2022 sebagai Tahun Toleransi Beragama oleh Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas direspon positif oleh Kemenag Kab. Boyolali dengan menggelar Dialog Kerukunan Umat Beragama pada Kamis, (10/03). Dialog tersebut menghadirkan Narasumber Ketua Pimpinan Cabang NU Kab. Boyolali yang juga Sekretaris Daerah, Drs. Masruri dan Ketua FKUB Boyolali, KH. Habib Masturi.
Kepala Kantor Kemenag Kab. Boyolali, H. Hanif Hanani, dalam sambutannya menyampaikan, 7 program prioritas Kementerian Agama RI Tahun 2022, yaitu Penguatan Moderasi Beragama, Transformasi Digital, Tahun Toleransi Beragama, Revitalisasi KUA, Religiosity Index, Kemandirian Pesantren, dan Cyber Islamic University. Dan kegiatan kita pada hari ini merupakan pengejawantahan dari salah satu dari program prioritas Kemenag RI, yaitu Pencanangan Tahun Toleransi Beragama.
“Dialog Kerukunan Umat Beragama kita laksanakan dalam rangka membangun kesamaan persepsi dan pemahaman bahwa semua agama mengajarkan hal yang baik, mengajarkan toleransi dan saling menghormati terhadap pemeluk agama lain, sehingga tidak ada persoalan yang muncul dalam menjalankan kehidupan beragama” jelas hanif.
Dalam beberapa kesempatan, lanjut Hanif, Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan bahwa Pencanangan Tahun 2022 sebagai Tahun Toleransi Beragama adalah program nasional yang bertujuan untuk menjadikan Indonesia merupakan barometer kerukunan umat beragama di dunia. Hal tersebut diyakini karena Indonesia memiliki karakter dasar sebagai masyarakat yang sangat toleran dan sangat menghargai perbedaan.
“Pencanangan Tahun 2022 sebagai Tahun Toleransi Beragama adalah merupakan program Nasional dengan tujuan ingin menjadikan Indonesia sebagai barometer kerukunan umat beragama di dunia,” tekan Hanif.
Sementara itu, Ketua PCNU, Drs. H. Masruri, narasumber kegiatan Dialog ini mengatakan, tugas para tokoh agama yang hadir disini adalah menyampaikan kepada umatnya untuk terus menjaga Rumah Kita, yaitu NKRI , yakni dengan menjaga sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Indonesia adalah negara dengan keragaman etnis, suku, budaya, bahasa, dan agama. Berdasarkan fakta tersebut, semua pemeluk agama berhak memeluk agama yang dianutnya dan berpandangan bahwa agama yang dianutnya adalah agama yang benar dan baik.
“Semua agama mengajarkan kebaikan, saling hormat menghormati dan toleransi. Keragaman etnis, suku, budaya, Bahasa, dan agama di Indonesia merupakan pondasi bangunan toleransi yang kuat,” tutur Masruri.
Dalam sejarah Islam, lanjut H. masruri, Rasulullah Muhamad pernah berpesan kepada sahat Ali Bin Abi Tholib 3 hal, (1) berbuat baiklah kepada seluruh umat manusia. Umat manusia yang dimaksud Nabi, bukan hanya umat Islam tetapi seluruh umat yang bisa dimaksnai yahudi, Nasrani maupun umat islam sendiri. (2) jagalah lisanmu. Nabi meminta sahabatnya untuk menjaga lisan dari menyakiti orang lain, sebuah pesan moral yang sangat tinggi dalam menjaga toleransi dan saling hormat menghormati. (3) Bersikaplah jujur. Pesan ketiga ini mengisyaratkan bahwa orang yang jujur adalah orang yang selalu berhati hati dalam menjaga kebaikan dan hubungan baik terhadap sesame manusia.
“Sikap toleransi pada hakekatnya adalah ajaran seluruh agama” tegas Masruri.
Narasumber kedua, Ketua FKUB Boyolali, KH. Habib Masturi pada kesempatan menyampaikan bahwa kehadiran Agama tidak diutus untuk mencaci maki dan melaknat. Adanya agama bertujuan untuk menjadikan tatanan kehidupan (aturan) berasal dari Tuhan, di mana hal tersebut mampu membimbing manusia menjadi seseorang yang berakal dan berusaha mencari kebahagiaan, baik di dunia ataupun di akhirat.
“Adanya Agama bertujuan untuk membimbing manusia menjadi seseorang yang berakal dan berusaha untuk mencari kebahagian dunia dan akhirat” kata Kyai habib.
Sebagai ketua FKUB Kab. Boyolali, lanjut Kyai Habib, saya beserta seluruh pengurus dan juga pemerintah kabupaten Boyolali memiliki tanggung jawab untuk membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan. Untuk itu, dialog sebeperti merupakan forum yang bagus dalam mewujudkan persamaan persepsi dalam membangun kerukunan umat beragama.
“Membangun, memelihara dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan masyarakat adalah tanggung jawab Bersama para tokoh agama, pemerintah dan masyarakat,” tegas Kyai habib.
Selanjutnya kegiatan ini dilanjutkan dengan dialog para peserta dengan narasumber yang dipandu oleh . Asikin Salah satu peserta, Syarofudin, pengurus FKUB Kab. Boyolali menyampaikan sharing bagaimana implementasi toleransi di Indoensia yang sudah dibangun sejak para pendahulu kita dengan budaya budaya local, seperti kenduri, merti desa, pesta panen yang kesemuanya tidak membedakan agama maupun sukunya. Dialog ini dihadiri oleh para pengurus FKUB Kab. Boyolali, para pejabat utama Kantor Kemenag Kab. Boyolali dan Para Penyuluh Agama Islam, Hindhu, Budha, Kristen dan Katolik. (Zoelva/Jaim/rf)