Wewayangku,
Jumpalitan ing wit-witan,
Pethetan kang ditandur,
Pemimpin-pemimpinku,
Wakil rakyat,
Kanca-kanca,
Sedulur-sedulur,
Bocah-bocah,
Pawiyatan,
Sineksan bagaskara,
Sineksa kalamangsa,
Sineksan panas udan kang ngglandhi,
Katresnanmu marang tetanduran…
Sukoharjo – Penggalan puisi tersebut merupakan salah satu puisi yang dibacakan oleh Untung Sularno, guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Jetis. Bersama tiga siswa MIN Jetis yakni Aulia Siswa, Afif Abdillah, dan Willy, mereka berkolaborasi dengan warga Sanggar Clemot pada Parade Puisi yang digagas Museum Rekor Sukoharjo (Muresko) dalam rangka menyambut Hari Puisi sedunia yang jatuh setiap tanggal 21 Maret.
Kegiatan yang disaksikan ratusan warga dan diliput berbagai media cetak dan elektronik tersebut digelar pada Senin (20/3) di kawasan kalimati Kelurahan Kenep Sukoharjo. Menurut ketua Moresko, A. Bimo Kokor Wijanarko, kegiatan tersebut bertujuan untuk menggiatkan masyarakat berekreasi di bidang seni khususnya puisi.
“Kebetulan hari puisi bersamaan dengan hari hutan sedunia, jadi temanya berkaitan dengan lingkungan,” kata Bimo Wijanarko. Lebih lanjut Bimo menambahkan bahwa tempat yang dipilih juga berbeda dengan pembacaan puisi pada umumnya supaya lebih menyatu dengan alam.
Kepala MIN Jetis, Danuri menyampaikan terima kasih kepada masyarakat kalimati Kenep yang telah mengijinkan MIN Jetis untuk melakukan aktivitas seni di tempat tersebut. “Kami akan senantiasa membangun kerjasama yang baik dengan siapapun untuk mengembangkan potensi guru dan siswa MIN Jetis,” kata Danuri.
Kepala Desa Kenep, Sugiyatno yang turut menyaksikan Parade Puisi tersebut sampai selesai mengaku sangat bangga dengan kreativitas yang ditampilkan oleh siswa dan guru dari MIN Jetis. Selain menjadi ajang untuk menyalurkan kreativitas acara tersebut diakui dapat mengangkat nama Desa Kenep ke khalayak luas, karenanya dia berjanji di lain kesempatan akan kembali menggandeng MIN Jetis untuk membantu memajukan Desa Kenep yang saat ini telah berpredikat sebagai Desa Wisata Kreatif . (pry-djp/wul)