Kudus – 26 /3 dalam rangka membina dan meningkatkan keimanan serta memberikan dorongan kepada masyarakat agar selalu ingat akan kewajiban seorang muslim dalam menjalankan kehidupan sehari hari , pemerintah Kabupaten Kudus bekerjasama dengan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kudus menyelenggarakan pengajian umum isra’ mi’raj yang digelar di Pendopo Kabupaten Kudus dengan menghadirkan penceramah KH. Ahmad Musthofa Bisri (Gusmus) dari Rembang.
Dihadiri sebanyak 1000 orang dari unsur Bupati dan jajaranya , Fraksi DPR, Muspika, para alim ulama , tokoh masyarakat, para santri , ASN di jajaran Kemenag dan Pemda serta masyarakat Kabupaten Kudus.
Acara di awali dengan pembacaan ayat suci Alqur’an dilanjutkan dengan pembacaan yasin Fadhilah yang dipimpin oleh Bupati Kudus.
Bupati Kudus Musthofa dalam sambutanya mengatakan saat ini kita hadir memperingati salah satu peristiwa yang paling bersejarah dan monumental dalam perjalanan kenabian Rasulullah SAW.
Peristiwa Isra’ Mi’raj menjadi bukti perjalanan Nabi Muhammad SAW menembus dimensi waktu dan tempat , dalam rangka menerima langsung perintah shalat dari Allah SWT tanpa melalui malaikat. Hal ini menunjukan betapa pentingnya peranan shalat bagi kehidupan kaum muslimin.
Disamping itu dengan peringatan Isra’ mi’raj dapat pula meneguhkan keimanan dan memperkokoh persatuan dan kesatuan umat serta dapat mempertebal keyakinan kita kepada Allah SAW, meyakini kebenaran atas risalah kenabian Nabi Muhammad SAW.
Dengan persatuan dan kesatuan akan menimbulkan saling pengertian dan saling melengkapi antar sesama umat.
Di akhir sambutanya beliau mengajak kita untuk bersama sama memantapkan pelaksanaan shalat. “ Peningkatan kualitas shalat perlu kita tingkatkan sehingga setiap muslim merasakan bahwa shalat sebagai kebutuahan yang harus dipenuhi, bukan sebatas kewajiban yang harus ditunaikan “ tandasnya.
KH. Ahmad Bisri dalam ceramahnya mengatakan menjadi pemimpin itu tidak ada yang abadi ,oleh karena itu menjadi seorang pemimpin itu harus amanah, dapat menghormati dan mengerti orang lain (wong sing iso nguwongke uwong), bersikap adil dan dapat mengayomi masyarakat.
Ajaran agama tidak ada yang sulit , tetapi yang menjadikan sulit adalah karena kemauan kita sendiri.
Kita harus bisa hidup rukun berdampingan dalam keaneka ragaman sumber daya manusia yang ada di masyarakat , sehingga masyarakat yang baldatun Toyibatun Warrobun Ghofur dapat terwujud . (St. Zul/bd)