Boyolali – FKUB Kabupaten Boyolali bekerjasama dengan Pemkab Boyolali dan Kankemenag Kab Boyolali menyelanggarakan acara Rapat Koordinasi FKUB Se Solo Raya. Acara yang diselenggarakan di Pendopo Ageng Komplek Perkantoran Terpadu Kabupaten Boyolali dilaksanakan pada Rabu (27/10). Diikuti oleh 50 orang pengurus FKUB solo raya, perwakilan Kesbangpol dan Kemenag se solo raya. Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Bupati Boyolali, Kapolres Boyolali, Komanda Bkodim Boyolali, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Boyolali, dan Kepala Badan Kesbangpol Kab. Boyolali
Dalam laporannya, ketua FKUB Kab. Boyolali KH. Habib Masturi menyampaikan bahwa kegiatan rapat koordinasi FKUB solo raya adalah merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan 3 bulan sekali. Selama pandemi kegiatan tersebut tetap dilaksanakan secara daring. Baru setelah kegiatan diperbolehkan dilaksanakan secara luring, kegiatan rapat koordinasi fkub solo raya dilaksanakan lagi secara bergilir se solo raya.
“Alhamdulillah kesempatan kali ini rapat koordinasi FKUB Se Solo raya dapat dilaksanakan secara tatap muka di Boyolali,” kata Habib
Selanjutnya habib masturi juga menyampaikan bahwa kegiatan rutin yang diadakan ini mengangkat tema moderasi beragama bagi tokoh agama dalam rangka menjaga kerukunan intern dan antar agama. Keberhasilan pembangunan Komplek Perkantoran Terpadu Kabupaten Boyolali yang dilengkapi dengan lima tempat ibadah membuktikan bahwa toleransi umat beragama di Kabupaten Boyolali sangat tinggi.
“Semangatnya Boyolali, Bupati Boyolali baik yang dulu maupun sekarang diteruskan, dan semangat ini untuk mendekatkan antar umat beragama itu kita laksanakan di sini,” katanya.
Dalam Sambutannya, Wabup yang kerap disapa Iwan mengatakan, pada masa sekarang ini kerap terjadi tindakan radikalisme di masyarakat. Dicontohkan olehnya, dengan adanya kejadian pembenturan pandangan agama dengan budaya lokal, ataupun penolakan pendirian suatu rumah ibadah, serta kelompok-kelompok yang ingin mengganti ideologi negara yang pasti mengancam NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
“Saya yakin Bapak Ibu sekalian yang hadir di ruangan ini juga sepakat untuk menentang radikalisme.” ujar Wabup Iwan.
Dijelaskan Wabup Iwan, fenomena-fenomena radikalisme tersebut disebabkan karena tidak adanya moderasi beragama antar umat beragama dan sesama agama itu sendiri. Moderasi beragama adalah proses memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku ekstrem atau berlebih-lebihan saat mengimplementasikannya.
“Agama tidak perlu dimoderasi lagi namun cara seseorang beragama harus selalu didorong ke jalan tengah, harus senantiasa dimoderasi, karena ia bisa menjadi ekstrem, bahkan berlebih-lebihan.” terangnya.
Selanjutnya Wabup Iwan mengajak untuk menjadi orang yang moderat, berdiri ditengah diantara kubu ekstrem, tidak berlebihan dalam beragama dan tidak berlebihan dalam menyepelekan agama. Dimana seseorang tersebut akan lebih mementingkan kemanusiaan disamping kepentingan keagamaan yang sifatnya subyektif. Karena itu, peran strategis FKUB perlu didorong untuk dapat meningkatkan penyebarluasan moderasi beragama di kalangan umat, sehingga dapat mencegah konflik dan radikalisme beragama dalam kerangka kerukunan beragama.
“Saya berharap rapat koordinasi ini dapat menghasilkan konsep-konsep jitu dan bijak untuk lebih memberdayakan dan dan menghasilgunakan peran FKUB dalam konteks membumikan moderasi beragama di tengah masyarakat,” tandasnya. (Tim/Zoelva/Jaim/rf)