Batang – Hari pertama kegiatan moderasi beragama dan wawasan kebangsaan untuk Penyuluh Agama yang diselenggarakan oleh Kemenag Kab. Batang pada Senin (31/05) di Agrowisata Pagilaran itu menghadirkan pembicara Ketua FKUB Kabupaten Batang dan Pembicara dari Polres Batang di hadapan peserta Penyuluh Agama Islam wilayah Batang Timur dan satu Penyuluh Agama Kristen.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Batang H. Subkhi dalam materinya yang bertajuk Spirit kerukunan dalam kehidupan umat Bergama itu menguraikan tentang tujuan Indonesia Merdeka yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 di alenia ke 4.
“ Tujuan Indonesia merdeka sebagaimana dalam Pembukaan UUD 1945 adalah (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan (2)untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (3) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,” kata H. Sukhi.
Dia juga menyampaikan bahwa Allah menciptakan manusia di muka bumi ini berbangsa dan bersuku supaya mereka saling mengenal dan tolong menolong diantara mereka dan yang paling mulia di antara manusia di hadapan Allah adalah yang paling taqwa.
“ Takwa adalah melaksanakan semua perintah Allah dan meninggalkan semua yang menjadi laranganNya.Perintah Allah kepada umat manusia adalah melaksanakan ibadah dan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bahkan memberi madlorot kepada manusia. Ibadah yang benar adalah yang memberikan dampak positif kepada pelakunya. Contoh sholat yang baik adalah shalat yang menjadikan pelakunya akan terhindar dari keterlibatan perkara keji dan munkar begitu juga puasa yang baik tidak hanya menahan makan dan minum dan hubungan badan suami istri tapi, puasa dari bicara ngrumpi, fitnah dan namimah, “ jelasnya.
H. Subki menyampaikan bahwa asal usul munculnya radikalisme sampai ke terosrisme merupakan masalah politik bukan masalah agama, sama-sama berjuang, kalau dasarnya agama muaranya adalah berserah diri kepada Tuhan, sedang masalah politik tidak ada rasa berserah diri tetapi tetap berusaha untuk menang sampai mengorbankan orang lain tidak jadi masalah.
“ Seharusnya agama menginspirasi masyarakat untuk menebar kasih sayang , persaudaraan dan tolong menolong, serta memberikan keteladanan dalam bingkai meraih ridlo Allah SWT.(Tuhan yang Maha Esa), tapi Kelompok ekstremis menjadikan agama sebagai aspirasi, mereka kerap menggunakan istilah-istilah yang menyulut kemarahan. Yang pertama adalah bagaimana kelompok agama tertentu memandang orang lain menjadi musuh,” tegasnya.
Sementara itu Iptu.Sugiyana Kanit.Bintipmas Polres Batang yang tampil sebagai pembica kedua mengambil tema tentang tentang wawasan kebangsaan dan bela Negara sebagai pemersatu kebhinekaan, dimana dalam materinya menyampaikan bahwa Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia Indonesia terhadap rakyat, bangsa, dan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang meliputi darat, laut dan udara di atasnya sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan.2
“ Cita-cita bangsa Indonesia sangat sederhana hanya ingin mewujudkan suatu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, namun karena bangsa Indonesia merupakan kumpulan dari 500-an suku bangsa dengan budayanya yang begitu banyak mendiami 17.504 pulau di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan luasnya 1.922.570 km2 maka menjadi tantangan yang sangat besar,” kata Iptu Sugiyana.
Dia juga menyampaikan bahwa Indonesia yang satukan oleh Ideologi Pancasila dan UUD 1945 itu masih sering kali beberapa kelompok ingin selalu memecah belah dengan berbagai alas an.
“ Ancaman Bangsa Indosesia diantaranya adalah konflik elit yang berkepanjang, krisis ekonomii yang tidak terselesaikan, pudarnya wawasan kebangsa dan nasionalisme, tidak berperannya ideologi sebagai pemersatu bangsa, hoax, intoleran dan terorisme, bila itu ada ditengah-tengah kehidupan masyarakat maka akan terjadi perpecahan yang membahayakan bagi keutuhan bangsa Indonesia,” tegasnya.
Menurutnya sikap yang dapat menyelamatkan bangsa dari perpecaran adalah Toleransi yaitu suatu sikap yang saling menghargai dan menghormati antar individu atau kelompok di dalam masyarakat meskipun terdapat perbedaan di dalamnya, baik itu perbedaan pendapat, pandangan, suku, agama, ras, dan antar golongan.
“Peran ulama dalam mengatisipasi faham radikal, pengkaderan pembinaan santri maupun sosialisasi kepada masyarakat luas,mengambil alih kembali masjid-masjid yang kurang diurus oleh masyarakat sekitar sehingga berhasil dikuasai Kelompok Islam radikal, melalui penerbitan majalah, buletin, dan booklet, termasuk internet untuk Memberikan penjelasan tentang Islam secara memadai,” tambahnya. (Zy/qq)