Batang – Salah satu budaya yang sarat dengan momen peringatan maulud Nabi Muhammad SAW di Desa Gringgingsari Kecamatan Wonotunggal Kab. Batang adalah ritual Kirap Pusaka dan mengeluarkan pusaka (pajang jimat) yang diyakini oleh masyarakat setempat sebagai peninggalan Sunan Kajoran atau Syeh Abdurahman. Acara itu digelar tiap tanggal 12 Rabiul Awal. Dan di bulan ini acara digelar pada Selasa (19/10) yang lalu.
Kepala Desa Gringgingsari Kec. Wonotunggal Sigit Pranoto dalam keteranganya menyampaikan bahwa acara ini setiap tahun selalu dilaksanakan untuk penghormatan pada Sunan Kajoran atau biasa disebut dengan Syeh Abdurahman yang diyakini oleh masyarakat sebagai penyebar agama Islam didaerah ini.
“ Acara kirap pusaka dan pajang jimat itu tiap tahun selalu dilaksanakan sebagai penghormatan pada tokoh yang diyakini oleh masyarakat sebagai penyebar agama Islam disini yaitu Sunan Kajoran atau Syeh Abdurahman, masyarakat dengan gotong royong berusaha melestarikan budaya ini,” kata Sigit Pranoto.
Dia berharap kedepan ritual itu akan ditata dan susun dengan melibatkan semua potensi desa agar selain sebagai upacara ritual kedaeraahan dapat juga menjadi destinasi wisata religius tersendiri dan menarik bagi pengunjung diluar desa Gringgingsari .
Sementara itu juru kunci makam Sunan Kajoran atau Syeh Abdurohman Nasrudin didampingi oleh KH. Saifudin Amirin dan tokoh masyarakat setempat mengatakan bahwa acara kirab pusaka dan pajang jimat ini akan selalu dilestarikan karena bernilai sejarah.
“ Acara ini sangat bernilai sejarah bagi penyiaran dan perkembangan agama Islam didaerah ini, sehingga kita sebagai masyarakat disini akan tetap mengadakan acara ini setiap tahun,” katanya.
Dia menjelaskan ritual pajang jimat dimulai dengan kirap Kotak pusaka dari masjid berkeliling desa diiringi rebana hingga sampai di masjid kembali untuk selanjutnya membuka kotak pusaka peninggalan Sunan Kajoran atau Syeh Abdurahma yang disaksikan oleh masyarakat.
“ Ritual itu dimulai dengan kirap pusaka dari masjid berkeliling desa hingga sampai ke masjid kembali dengan iringan rebana, sesampainya di masjid, dilanjutkan pembacaan al barzanji dan membuka kotak ( Pajang Jimat ) untuk mengeluarkan beberapa pusaka seperti 4 buah sarung yang dijahit tangan, 4 buah sorban, baju dijahit tangan, ikat kepala, ikat blangkon, tumbu, tasbih dan tongkat. Ritual itu disaksikan oleh masyarakat, dan selanjutnya dimasukkan kembali kedalam kotak untuk disimpan kembali,” tuturnya.
Secara terpisah Kasi Bimas Islam H. Sodikin yang dimintai keterangan berkaitan dengan ritual dan budaya pajang jimat dan kirap pusaka itu menjelaskan bahwa pihaknya sangat menaruh perhatian dengan acara itu, menurutnya budaya dan ritual dalam masyarakat itu sebisa mungkin untuk dilestarikan.
“ Bimas Islam sedang gencar-gencarnya melakukan pendataan seni budaya dan siaran keagamaan di kabupaten Batang sesuai perintah dari Ditjen Bimas Islam, maka ritual dan budaya pajang jimat dan kirap pusaka di desa Gringgingsari itu salah satunya,” tegas H. Sodikin.
Dia juga menegaskan akan segera berkoordinasi dengan pemerintah desa Gringgingsari dan stikholder yang terkait untuk bersama-sama memupuk dan melestarikan budaya itu agar tetap menjadi sebuah tradisi yang baik bernilai religious karena menyangkut dengan momen peringatan mauled Nabi Muhammad SAW dan bisa dijadikan destinasi wisata yang menarik bagi pengunjung. (Teguh.Bimas/Zy)