Kudus, 1/4 Untuk pertama kalinya peringatan Dharma Santi dilaksanakan di Kabupaten Kudus diselenggarakan oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Kudus berlangsung di Aula Balai Desa Rendeng disambut dengan antusias oleh warga Kudus.Peringatan Dharma Santi Nyepi ini menjadi suport tersendiri bagi umat Hindu di Kabupaten Kudus karena mereka merasa diakui keberadaanya. Dihadiri sebanyak 110 orang dari pegiat agama Islam, Kristen, Budha, Konghuchu , penganut aliran kepercayaan , para pinandita, pejabat Pemda dan Kemenag.
Ketua umum PHDI Kabupaten Kudus , I Putu Dantra dalam sambutanya mengatakan Dharma santi merupakan sebuah rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi , terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan oleh umat Hindu. Tiga atau dua hari sebelum nyepi umat Hindu melakukan penyucian dengan melakukan upacara melasti. Pada hari tersebut segala sarana dan prasarana yang ada di Pura di arak di Pantai atau danau . Karena laut atau danau adalah sumber air suci bisa menyucikan segala kotoran di dalam diri manusia dan alam.
Beliau sangat salut dengan adanya toleransi beragama di Kabupaten Kudus . Hal ini yang menjadikan beliau mengadakan peringatan di Kabupaten Kudus , karena tahun tahun sebelumnya selalu bergabung dengan kabupaten lain.
Hadir dalam memberikan sambutan Pembimas Hindu Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah yang diwakili oleh Nyoman Sartiwi mengatakan Hari Raya nyepi menjadi momentum untuk instropeksi diri melalui Catur Brata Penyepian yakni amati geni (menahan amarah dan hawa nafsu),amati lelungan ( tidak bepergian), amati lelanguan (tidak berfoya foya), dan amati karya(tidak bekerja).
Semua umat bisa menangkap esensi dari makna Hari raya Nyepi yaitu kita perlu momentum untuk instropeksi merenungi hakekat sebagai manusia dan apa yang sudah kita lakukan sebagai manusia .Hal ini sesuai dengan tema Nyepi tahun ini adalah “ Melalui Catur Brata Penyepian Kita Tingkatkan Soliditas Sebagai Perekat Keberagaman Dalam Menjaga NKRI”.Tema ini releven dengan kondisi bangsa Indonesia yag majemuk yang terdiri dari berbagai suku, ras, budaya dan agama . Oleh karena itu hidup rukun, damai dan penuh toleransi menjadi kunci hidup berbangsa dan bernegara. (St.Zul/bd)