Karangnyar (Humas) – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Karanganyar mengadakan Pembekalan Moderasi Beragama Bagi Generasi Muda Lintas Agama bertempat di Rumah makan Sendang Dalem Seniyor Karangpandan Karanganyar, Rabu, 20/9/2023.
Dengan mengusung tema Penguatan Moderasi Beragama Bagi Mahasiswa Lintas Agama, kegiatan dialog tersebut mengundang tokoh pemuda dari perwakilan berbagai Agama dan Organisasi keagamaan. Diantaranya adalah tokoh pemuda dari Agama Islam, Kristen, Katholik, Buddha, dan Hindu. Yang mana dari tokoh pemuda Islam diwakili dari unsur Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), dan LDII, serta utusan dari Universitas di Lingkungan Kab. Karanganyar, UTP, IIM Surakarta, UMUKA STT Elshaday, PMII, MTII.
Hadir pula dalam kegiatan itu, Kepala Kantor Kemenag Kab. Karanganyar, dan Ketua FKUB beserta anggotanya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menjalin kerukunan umat beragama di wilayah Kabupaten Karanganyar. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ketua FKUB, Khusaini dalam laporannya.
“Salah satu manfaat dari dialog ini adalah untuk menyatukan hati dan pikiran melalui jalan komunikasi antar pemeluk berbagai Agama, untuk mencapai cita-cita bersama yaitu kerukunan antar umat beragama melalui para generasi muda di Kabupaten Karanganyar,” tegas Khusaini.
Pemaparan materi oleh Kepala Kemenag Kab. Karanganyar, H. Hanif Hanani yang mengambil judul Penguatan Moderasi Beragama Bagi Mahasiswa Lintas Agama. Dengan latar belakangnya sebagai seorang Dosen, ia mampu menjelaskan dengan gamblang materi yang disampaikan, sehingga para peserta nampak begitu fokus mendengarkan.
Menurutnya, Diskursus tentang radikalisme agama di kalangan generasi muda Indonesia disinyalir semakin meningkat di era digital saat ini.
“Dalam konteks keagamaan, radikalisme agama dapat dimaknai sebagai fanatik terhadap suatu pendapat sehingga menolak pendapat orang lain, menutup pintu dialog dan mudah mengkafirkan kelompok yang berbeda paham dengan diri atau kelompoknya, serta pemahaman agama yang tekstual tanpa melihat dan mempertimbangkan esensi syariat,” jelasnya.
“Kalangan aktivis mahasiswa yang aktif berorganisasi masih ditemukan pola pikir yang mengarah kepada pola pikir eksklusif dan dapat menumbuhkan sikap ekstrem dan radikal dalam beragama, terutama dalam aspek wawasan keberagamaan yang meliputi penerimaan terhadap budaya, dan mudah menyesatkan amalan keagamaan yang berbeda dari amalan kelompoknya,“ tutup anif Hanani.(Red, ida/sua)