Banjarnegara (Humas) – Program Kelas Dua Bahasa MAN 2 Banjarnegara hadirkan dua penutur bahasa asing asli dari negara Tajikistan dan Jepang pada Selasa, (20/2). Kegiatan yang bertajuk “Fun Learning with Native Speakers” ini diikuti oleh 70 partisipan yang terdiri dari peserta didik kelas X-4 yang didapuk sebagai kelas dua bahasa dan anggota ekstrakurikuler English Club. Bertempat di ruang multimedia, kegiatan ini dibuka oleh dua pewara berbahasa Inggris asal XII IPA 1, Argitta Nova dan Anindya Wahyu.
Sesi pertama dipandu secara penuh menggunakan bahasa Inggris oleh moderator dari XII IPA 6, Dwi July Angelina. Pembicara pertama adalah Khuidoiberdiva Munisa, seorang mahasiswa S2 asal Tajikistan. Pada kesempatan ini ia berbagi mengenai letak geografis, iklim, budaya, bahasa, pakaian, hingga kuliner khas Tajikistan. Ia pun membagikan kisah perjalanannya hingga menempuh pendidikan di Indonesia. “Selama belajar di Indonesia, saya banyak belajar hal disini. Terutama tentang ramahtamahnya yang nomor satu,” tuturnya.
Saat ditanya oleh peserta mengenai perbedaan keberlangsungan pendidikan di Indonesia dan Tajikistan, Munisa mengatakan, “Sistem pendidikan kita hampir sama sebenarnya. Tetapi di Indonesia saya merasa lebih lama waktu belajarnya dalam pendidikan formal”. Ia pun menambahkan tentang pentingnya sopan santun di sekolah. “Di semua tempat apalagi sekolah, kita harus selalu menghormati guru-guru yang telah memberikan ilmu pada kita,” imbuhnya.
Selanjutnya, Gesita Winner asal XII IPA 2 memandu penuh sesi kedua dengan bahasa Jepang. Pembicara pada sesi ini adalah Chinatsu Yamaoka, seorang mahasiswi S1 asal Jepang. Ia pun membagikan pengalamannya selama 2 minggu tinggal di Indonesia, khususnya saat mengajar anak-anak. Di kesempatan ini pun ia mengajak peserta untuk membuat origami “Ayo kita buat origami burung untuk melatih kesabaran dan kedisiplinan kita,” ucapnya.
Usai membuat origami dengan penuh antusias, seorang peserta bertanya kepada Chinatsu tentang tips untuk menerapkan kedisiplinan yang ia ketahui sebagai ciri khas dari orang Jepang. Chinatsu pun menyampaikan cara penerapannya di sekolah. “Disiplin itu sangat penting dan harus dirasa penting oleh kita. Ketika kita sudah menyadarinya, kita pasti akan hidup sesuai aturan,” jelasnya.
Ia pun mengatakan disiplin di sekolah dapat diterapkan ketika sudah memiliki kesadaran diri. “Disiplin di sekolah berarti kita harus sadar diri bahwa kita harus belajar dengan baik, menaati aturan, tidak bolos pelajaran, tidak mencontek, dan selalu jujur dalam hal apapun,” imbuhnya.
Mengingat antusiasme peserta didiknya, Ridlo Pramono, Kepala MAN 2 Banjarnegara menyampaikan kesannya atas terselenggaranya program ini. “Luar biasa sekali anak-anak kita, khususnya dalam bahasa asing. Ternyata anak-anak paham ketika belajar penuh pakai bahasa Inggris, walaupun ketika sesi bahasa Jepang harus diterjemahkan dulu,” ungkapnya. Ridlo pun mencetuskan cita-citanya terhadap keberlanjutan program ini. “Saya punya harapan program ini akan ada follow-up nya. Kami menginginkan segera bisa terlaksana sister school baik dengan Jepang atau negara lainnya. Semoga dengan sinergi berbagai pihak, program ini dapat segera terlaksana,” pungkasnya.(ka/ak/Sua)