Profesionalitas Guru dalam Nguri-uri Madrasah

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Purbalingga – Kegiatan pengelolaan pendidikan di seluruh madrasah dan sekolah Tahun Pelajaran 2017/ 2018 memasuki tahapan akhir dan akan segera disusul dengan agenda  Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Masa kompetisi yang akan dilalui bersama ini harus dihadapi secara profesional.  Menindaklanjuti hal tersebut, Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga mengadakan kegiatan pembinaan guru-guru di lingkungannya. Demikian halnya dengan kegiatan RA/ BA-MI Kecamatan Kejobong yang berlangsung di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Bandingan. Kegiatan yang diikuti oleh 25 guru RA/ BA dan 87 guru Madrasah Ibtidaiyah ini berlangsung Sabtu (07/04).

Kasi Pendidikan Madrasah, Sudiono dalam pembinaannya menyampaikan, pada era sekarang  tidak perlu malu menjadi seorang guru madrasah. Secara tugas pokok, guru pada madrasah tidak berbeda dengan guru-guru di sekolah.

“Justru guru madrasah memiliki nilai tambah, yaitu tidak hanya mencerdaskan peserta didik namun juga mencetak generasi yang berakhlak dan berkarakter Islami,” ungkap Sudiono.

Guru Madrasah menurutnya sudah terkenal dengan perjuangannya sejak dulu, sehingga guru di era sekarang harus semangat berkompetisi dan punya target yang jelas dan tegas. Misalnya menjawab pertanyaan pada tahun ajaran 2018/ 2019 ingin menerima peserta didik berapa. Jika ingin 30 jawablah dengan tegas, kami butuh 30 siswa baru. Kemudian petakan RA/ BA/ TA di wilayahnya meluluskan berapa alumni. Jika kurang dari target maka di situlah ghirah dan strategi guru-guru harus ditingkatkan.

“Lima atau sepuluh tahun mendatang jika kita tidak profesional dalam nguri-uri madrasah, maka masyarakat akan meninggalkan madrasah. Madrasah bubar dan beralih ke sekolah,” ungkapnya bersemangat.

Kunci sukses PPDB 2018, lanjutnya, adalah selalu menjalin hubungan baik antara MI dengan RA/ BA/ TA. Guru MI harus mengetahui kebutuhan mereka. Caranya duduk bersama dan komunikasi, setelah tahu kebutuhannya apa, maka berikanlah apa yang menjadi kebutuhan mereka tersebut. Misalkan mereka membutuhkan alat permainan edukatif, maka anggarkan dan berikan. Dengan demikian mereka pun akan merasa diopeni, dirangkul sebagai keluarga. Contoh lain misalnya RA/BA menyelenggarakan lomba, MI dapat turut andil untuk pengadaan piala. RA/ BA tentunya akan mendukung program MI dengan memasukkan alumninya.

“Jangan berharap murid banyak,  tetapi tidak mau berkorban. Jika kita mampu berinovasi untuk diri sendiri pasti kita bisa berinovasi untuk madrasah. Karena MI dan RA/BA/TA adalah satu rumah, satu wadah dalam Kementerian Agama,” tegasnya. (sar/gt)