Sarif : Penerapan Kurikulum Merdeka Jangan Sampai Merampas Kemerdekaan Anak

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Purbalingga – Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Sub Bag TU, Sarif Hidayat saat membuka Workshop Blockgrand Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan yang digelar oleh Seksi Pendidikan Madrasah pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga, Rabu (6/9/2023) bertempat di Aula Uswatun Hasanah. Workshop dihadiri oleh 15 Pengawas Madrasah dan 60 Kepala Madrasah baik negeri maupun swasta.

Lebih lanjut Sarif menegaskan bahwa anak-anak di mana pun dan bagaimana pun harus bisa mengekspresikan diri mereka. Maka ia berharap di madrasah seharusnya juga bisa mengekspresikan potensi diri mereka.

“Penting bahwa di sekolah anak-anak harus tetap bisa bahagia. Jangan sampai kebahagiaan dan kemerdekaan mereka terampas oleh kurikulum merdeka yang saat ini diterapkan di madrasah. Guru harus bersikap profesional selaras dengan profesinya”, tegasnya.

Saat ini, lanjutnya, sekolah sudah mulai mengadopsi apa yang ada di madrasah.

“Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga dalam kegiatan Pembukaan MAPSI  tahun 2023 telah mendeklarasikan sekolah rasa madrasah”, kata Sarif menyitir statement Kadindik saat membuka MAPSI PAI SD, Sabtu (2/9) yang telah lalu.

Fakta yang terjadi, kegiatan adat di madrasah seperti pembiasaan cara berpakaian, pengadaan tempat ibadah dan kegiatan solat berjamaah telah diadopsi dan diterapkan di sekolah-sekolah.

“Dunia sekolah telah mempelajari apa yang ada dan dikembangkan di madrasah. Di satu sisi kita bangga adat dan budaya madrasah kita diterapkan di sekolah. Namun di sisi lain ini juga menjadi sebuah tantangan besar bagi pengelolaan pendidikan madrasah”, tandas pria kelahiran 10 April 1974 ini.

Sarif mengajak para Pengawas dan Kepala Madrasah yang hadir untuk menjaga profesionalisme sekaligus terus mengembangkan kompetensi dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan yang semakin besar.

Sarif pun mengungkapkan berbagai upayanya dalam rangka membantu para guru di madrasah.

“UPZ kalau perlu mentasharufkan dananya untuk modal usaha bagi para guru yang membutuhkan. Tidak hanya untuk kebutuhan konsumtif saja. Kemandirian dan kreatifitas harus terus dikembangkan di lingkungan madrasah”, ajaknya.

Ia mengajak agar mengomunikasikan program-program madrasah yang bagus dengan masyarakat.

“Jangan sampai madrasah punya program bagus, namun para orang tua tidak mengetahuinya”, katanya.

Kedepan, Sarif meyakini bahwa masyarakat tidak lagi memikirkan bantuan yang diterima seperti PIP, BOS. Namun akan lebih memikirkan bagaimana kualitas madrassh tersebut, bagaimana produk lulusan yang dihasilkannya.

“Bisa jadi di madrasah ada biaya, namun jika anak-anak lulusannya bagus, berakhlak baik, hormat kepada orang tua, dan sebagainya, maka masyarakat tentu akan lebih memilih madrasah. Jadi, kualitas pendidikan kita harus  terus ditingkatkan”, tegasnya.

Dengan segala tantangan yang ada, Sarif berharap  para Pengawas dan Kepala Madrasah dapat terus menjaga eksistensi madrasah. Ia pun berpesan agar para Pengawas dan Kepala Madrasah segera move on .

“Jangan berkutat pada persoalan, tetapi berkutatlah pada bagaimana cara keluar dari persoalan”, pungkas Sarif.

Mardini, selaku Ketua Penyelenggara workshop mengatakan, bahwa kegiatan workshop ini untuk kali kedua, yang pertama pada tahun 2021.

“Workshop dilaksanakan selama 36 jam. Terdiri dari beberapa Kelompok Kerja. Pengawas 1 Pokja, Kepala MTs 2 Pokja, Kepala MI 6 Pokja dan MGMP MTs 12 Pokja. Masing-masing Pokja diberikan bantian kisaran 30 juta rupiah”, kata Mardini. *sl/bd