Penyuluh Sosialisasikan Bahaya HIV/AIDS ke Sekolah

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Purbalingga – Ditakdirkan oleh Sang Maha Pencipta sebagai Orang Dengan HIV/AIDS tidak membuat seorang ibu beranak satu ini menyerah. Elies Suryani (37), sejak dinyatakan dokter bahwa dirinya terinveksi virus mematikan ini pada tahun 2011, tidak ingin sisa hidupnya sia-sia hanya meratapi penyakitnya. Dia ingin sisa hidupnya bermanfaat bagi orang lain dari musibah yang menimpanya sekaligus menjadikannya pengalaman berharga agar menjadi pelajaran bagi orang-orang di sekitarnya.

Hal tersebut dibeberkannya di depan para guru dan 500 murid SMP Negeri 01 Kertanegara, Sabtu (26/01) pada kegiatan Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam (FKPAI) Bidang Narkoba dan HIV/AIDS (NHA). Ia tanpa rasa canggung menceriterakan kronologi dirinya terinveksi HIV.

“Saya tertular HIV oleh suami saya yang kini sudah meninggal dunia. Awalnya saya sakit sariawan yang dan diare yang tidak kunjung sembuh. Berat badan menurun drastis. Penyakit ini sama persis dengan penyakit yang diderita almarhum suami saya. Karena tanda-tanda penyakit saya seperti ODHA, oleh dokter disarankan test HIV,” ungkap Elies.

“Hasil test menyatakan diri saya positif terinveksi HIV. Saya shock, depresi, meluapkan marah dengan membanting semua benda yang ada di kamar. Kurang lebih tiga bulan saya mengurung diri di kamar tanpa makan dan minum sehingga semakin parahlah kondisi badan saya ditambah sakit lambung yang sangat lama,” lanjutnya.

Elies yang juga sebagai Ketua Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) yang beranggotakan 30 ODHA ini berhasil kembali bangkit dari keterpurukannya dengan mengingat dan mempertimbangkan masa depan putri semata wayangnya. Menurutnya ia tidak boleh putus asa. Apapun yang terjadi, hidupnya harus dilanjutkan dan ia bertekad melakukan apapun yang terbaik yang mampu dilakukannya.

“Saya tidak boleh putus asa, anak saya punya masa depan yang harus saya perjuangkan. Saya bekerja keras mencari nafkah dan alhamdulillah saat ini saya masih menkonsumsi obat Antiretroviral (ARV) yang disubsidi pemerintah. ARV ini jika membeli sendiri seharga satu juta lima ratus ribu rupiah. Masa aktif obat ini 12 jam, jadi saya tidak boleh lupa,” tuturnya.

Sebagaimana dilansir CNN Jakarta, ARV telah diakui dunia sebagai obat yang dapat digunakan untuk mengobati HIV/AIDS, namun ARV belum mampu menyembuhkan HIV secara menyeluruh. ARV hanya berguna untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV dan menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi.

Elies mengajak audiennya untuk berperilaku hati-hati, menjauhi narkoba, pergaulan bebas, seks bebas dan berteman dengan orang yang berakhlak baik.

“Jika masih ada teman yang berakhlak baik, mengapa harus berteman dengan teman yang mengajak kepada kemadhorotan. Adik-adik harus tegas dalam memilih teman bergaul,” tutupnya memotivasi.

Sementara itu, Ketua Bidang NHA, Jumanto mengungkapkan, FKPAI Goes to School dengan tema Gelora Semangat Pelajar Indonesia, Mencegah Lebih Baik tersebut adalah road show yang ke-4 dan yang pertama di tahun 2019.

“FKPAI NHA dalam melaksanakan program ini bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD), Puskesmas Karangtengah, Humas Kankemenag Kabupaten Purbalingga dan Kelompok Dukungan Sebaya (KDS),” jelasnya. (sri_sar/)