Pentingnya Bangun Motivasi Guru Pada Pembelajaran Tapka

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Ungaran – Guru harus segera menyesuaikan diri menyongsong diberlakukannya pembelajaran tatap muka terbatas pada sekolah di daerah level 1 sampai level 3. Menciptakan komunikasi yang positif dengan peserta didik maupun rekan sejawat, diharapkan mampu memperkuat jalinan emosional dalam proses pengajaran, sehingga dengan mudah, pembelajaran akan mengalir dengan sendirinya.

Demikian disampaikan oleh pengawas PAI tingkat menengah pada Kemenag Kab.Semarang, Nur Solichah saat memantau pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas  di SMP N I Bancak, Sabtu (4/9).

“Guru harus segera move on dengan kondisi yang berbeda dengan sebelumnya. Kalau beberapa waktu lalu kita melaksanakan pembelajaran secara online, maka kini saatnya kita bersiap diri menyambut pembelajaran tatap muka meski masih terbatas,” terang Nur Solichah.

Disamping menciptakan komunikasi yang efektif, perlu kiranya para guru juga mulai mengidentifikasi kembali motivasi mengajarnya. Hal ini penting sebab motivasi guru bermuara pada pikiran dan perasaan yang akan melahirkan suatu tindakan nyata yang tercermin dalam pembelajaran itu sendiri.

“Kalau dilihat dari pemantauan selama pembelajaran daring, ternyata banyak guru yang mengalami penurunan motivasi mengajar, bahkan ada yang tidak memiliki motivasi penuh dalam memberikan pembelajaran masa PJJ. Namun demikian, kami tetap berharap agar perubahan pola pembelajaran yang terjadi, hendaknya menjadi pelecut semangat agar tetap happy saat mengajar,” lanjutnya.

Di akhir pematauan, tak lupa Nur Solichah memberikan beberapa tips agar guru tetap memiliki motivasi diri dalam mengajar, yang dalam hal ini merujuk pada 6 kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh GPAI mulai dari kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, profesional, kepemimpinan dan spiritual / religiusitas.

“Yang utama adalah kembalikan tujuan menjadi guru sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada sang pencipta. Selanjutnya membuka diri apa saja kekurangan yang ada agar nantinya bisa membangun komunikasi yang efektif dengan peserta didiknya. Setelah mengetahui kelemahan kita, maka selanjutnya berupaya untuk  mencapai tujuan yang diinginkan. Kalau kesemua hal ini kita lakukan secara berkala, maka akan mudah  bagi seorang guru untuk menciptakan komunikasi dan interaksi yang positif, yang pada akhirnya tujuan Pendidikan Agama Islam akan tercapai,” pungkasnya. (ns-shl/Sua)