SANTRI CINTA NKRI

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Hal itu tertuang dalam pembukaan UUD 1945 NKRI yang menjadi sebuah tekad bersama untuk menghapus segala bentuk penjajahan.  Ketika para penjajah hendak kembali merampas kemerdekaan bangsa ini dengan melakukan agresi militernya, dikeluarkanlah resolusi jihad oleh para Kiai dan santri-santri. Kala itu mereka rela mati, maju di barisan paling depan untuk mempertahankan kemerdekaan, mengusir kembali para penjajah dari negeri ini. 

Melihat realita tersebut, menunjukkan bahwa kecintaan para Kiai terhadap NKRI sanggatlah besar. Perjuangan untuk meraih sekaligus mempertahankan kemerdekaan juga luar biasa. Rasa cinta dan semangat para Kyai itu yang kemudian ditularkan kepada para santrinya.

Penjajahan yang berujung pada penindasan dan perampasan hak rakyat harus dihapus dari muka bumi ini. oleh sebab itu, para santri dengan gagah berani tak gentar mati melawan para penjajah walau harus hilang nyawa. 

Waktu terus berjalan, keberanian para santri kala itu tercatat sebagai bagian penting sejarah di bangsa ini.  Sekarang kemerdekaan sudah kita nikmati puluhan tahun, penjajahan oleh para kolonial dengan kekuatan senjata tak lagi ada di bumi Nusantara. Sayangnya, penindasan dan perampasan hak untuk hidup sejahtera masih menghantui kehidupan rakyat kecil. Masalah ekologi, korupsi dan demoralisasi yang semakin parah seperti tak terkendali sama kejamnya dengan penjajahan kolonial jaman dulu.

Pertama masalah ekologi. Rusaknya lingkungan alam, hutan digunduli, gunung diratakan membabi buta, serta lahan pertanian disulap menjadi kawasan industri membuat rakyat ini kembali tercekik dan kehilangan hak hidup yang layak. Kecemasan atas hilangnya lahan dan sumber ekonomi, kecemasan atas bencana kekeringan, longsor, dan banjir yang mencekam setiap saat.

Kedua, korupsi seakan-akan menjadi budaya di setiap lini. Jelas sekali, korupsi merampas hak dan kesejahteraan rakyat. Dana-dana yang seharusnya menjadi anggaran untuk relaisasi program demi kesejahteraan rakyat, secara terang-terangan dan berjamaah telah disunat oleh segerombolan pihak yang tak bisa melaksanakan amanah menjadi wakil rakyat ataupun pengambil kebijakan.

Kedua masalah yang menyengsarakan rakyat itu, faktor utamanya adalah terjadinya kemerosotan moral. Ya, demoralisasi telah melanda penghuni negeri ini. Moralitas mulai bobrok, dan hanya dijadikan lipstik penghias pencitraan. Diobral dalam kata-kata yang jauh dari tindakan.

Apakah santri saat ini akan diam saja? …

Ketika santri diam tanpa ada keresahan sedikit pun, maka mereka hanya akan menjadi pecundang  yang kelak akan menjadi sampah negeri ini.

Apakah harus kembali angkat senjata?…

Angkat senjata dan menyulut peperangan di bumi Nusantara hanyalah tindakan bodoh yang akan membawa kerusakan dan kesengsaraan diri sendiri, bahkan semua rakyat yang ada.

Lalu, Apa yang harus dilakukan? …

Jawabnya sederhana. Santri adalah agen perubahan di masa yang akan datang. Mereka cukup melakukan satu hal, yakni menjadi santri sejati. Sebab, santri sejati tak akan menjual agamanya, tak mengabaikan ajaran kitab sucinya, tak akan ada kemunafikan dalam laku hidupnya.

Santri sejati takkan mau merusak Alam dan sangat peduli masalah ekologi. Mereka juga pantang untuk korupsi, apalagi merampok negerinya sendiri. Pantang menjadi makelar yang akan menyengsarakan rakyat, apalagi menyebarkan fitnah dan berita bohong demi keuntungan pribadinya.

Sebab Santri Sejati adalah pribadi yang berakhlakul karimah dan senantiasa mencintai NKRI.

Penulis:

Arif Sutoyo (MA Salafiyah Kajen Pati)

editor: Athi’