Kemenag Demak “Ngopi” bersama DPR RI

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Demak – Anggota Komisi VIII DPR RI bersama Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kabupaten Demak berkolaborasi menyelenggarakan kegiatan dialog seputar Pendidikan Islam berlangsung di Hotel Amantis Demak , Jumat (19/08).

Adalah Abdul Wachid, salah seorang anggota DPR RI kelahiran Jepara, kali ini ia kembali berkesempatan menyapa warga masyarakat Demak melalui kegiatan dialog seputar Pendidikan Islam.  .

Dengan mengangkat tema Ngopi (Ngobrol Pendidikan Islam), panitia mengundang para praktisi dan pemerhati pendidikan di Kabupaten Demak, serta mendatangkan narasumber yang kompeten dibidangnya,  yaitu  Rektor IAIN Kudus, Abdurrohman Kasdi dan Tafrihan Masruhan, seorang praktisi pendidikan.

“Dengan dukungan dari Bapak H. Abdul Wachid selaku wakil kita di DPR RI, serta kontribusi pemikiran dari para narasumber, kita berharap mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Demak, khususnya pada Pendidikan Islam,” harap Kepala Kemanag Demak, Ahmad Muhtadi dalam sambutan.

Usai seremonial pembukaan, acara pun berlanjut pada pemaparan materi dari para nara sumber. Acara yang berlangsung secara panel itu dimoderatori oleh Kabid  PD. Pontren Kanwil Kemenag Prov. Jateng, Nur Abadi.

Dengan sikap dan pembawaan yang dialogis, ia berusaha membuat suasana lebih santai. “Acara kita ini kan ngopi, ngobrol terkait Pendidikan Islam. Jadi kita buata santai saja ya !,” ajak Nor Abadi mencairkan suasana.

Adapun yang mendapat kesempatan pertama adalah Abdul Wachid. Sebagai seoarang legislator, ia banyak menyinggung tentang anggaran pendidikan. Menurutnya, undang-undang telah mengamanatkan bahwa besaran anggaran untuk pendidikan adalah 20 % dari APBN, atau setara dengan 600 triliun rupiah.

Namun satu sisi, dengan anggaran sebesar itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam yang membawahi pendidikan di bawah Kemenag hanya mendapat anggaran sebesar 52 triliun  “Tentu ini sangat tidak sepadan. Sehingga sampai saat ini masih banyak guru di madrasah yang hanya mendapatkan gaji tak lebih dari 300 ribu. Atau sekedar dapat uang sabun,” ungkapnya prihatin.

Usai pemaparan materi pertama, moderator memberikan kesempatan selanjutnya kepada Abdurrohman Kasdi. Orang yang saat ini memangku jabatan sebagai Rektor IAIN Kudus itu, mengusung tema “Transformasi Pendidikan Islam di Era Digital”.

Berdasarkan pengamatannya, saat ini dunia pendidikan mulai berjalan menghadapi era digital. Produk digital telah mampu menyajikan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat cepat dan luas. Sehingga kemajuan teknologi digital harus disikapi dengan baik bagi para penyelenggara pendidikan, ujarnya.

“Guru harus bisa mendorong pembelajaran Pendidikan Islam untuk terus mentransfomasikan diri dengan pendekatan yang sejalan dengan model pembelajaran dan kecenderungan siswa zaman sekarang,” katanya.

“Karena anak-anak kita akan hidup sesuai dengan zamannya, bukan hidup seperti pada zaman kita, “ tegasnya mengingatkan.

Sementara itu, Tafrihan sebagai nara sumber yang terakhir menyampaikan tentang esensi dari merdeka belajar, yaitu kebebasan berpikir yang mendorong terbentuknya karakter jiwa merdeka.

“Namun begitu, kita harus tetap ingat. Bahwa yang menjadi ciri dan tujuan akhir dari Pendidikan Islam  adalah mampu membawa anak didik kepada keimanan, ketakwaan kepada Allah dan memiliki akhlaqul karimah,”pungkasnya yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.(msr/rf).