Kakanwil: Kita Bukan Hanya Bisa Jadi Pejabat, Tetapi Juga Harus Bisa Menjadi Sahabat

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Disela sela launching peringatan hari santri 2022, Kakanwil Kemenag Prov. Jateng, Musta’in Ahmad, hadiri Rakor Kepala Kemenag se-Jateng di Aula Kankemenag Kab. Pekalongan, Selasa, 27/9. Dalam kesempatan ini Kakanwil sampaikan untuk selalu saling menguatkan satu dengan yang lain, setelah atau ketika sedang menghadapi keadaan yang kurang baik.

“Ada pandangan pribadi yang mungkin menjadi obsesi, saya ingin seperti ini, ingin seperti itu. Tapi sebenarnya kita harus bersyukur bahwa tidak semua keinginan kita itu terpenuhi. Kalo semua keinginan kita terpenuhi, pasti kita sendiri akan repot,” jelas Kakanwil.

Menurut Musta’in Ahmad, kehidupan adalah pindah dari masalah satu kepada masalah yang lain. Resourses kita disiapkan untuk menyelesaikan masalah. Sebaiknya kita kembali kepada fitrah penciptaan kita.

“Dalam konteks kita sebagai abdi negara, sebagai abdi masayarakat, dan sebagai aparatur pemerintah, kita sudah punya ukuran. Sudahlah pakailah ukuran Pegawai Negeri, diawali dari hal yang sederhana, kenali diri engkau, maka engkau akan tahu diri, maka engkau akan mengerti menempatkan diri,” pesannya.

Masalah, sebenarnya akan menaikkan kelas kita, apabila kita mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Masalah inheren dengan kehidupan, satu paket dengan kehidupan. Kita yang harus membuat langkah antisipasi menghadapi masalah.

“Tapi aturan itu tinggal jadi aturan kalo tidak diberi nilai, tidak diberi ruh. Jabatan itu kalo tidak diberi nilai, tidak diberi ruh pelayanan, maka jabatan itu akan menjadi sesuatu yang membuat orang malah muak,” ucapnya.

Kemudian apa yang harus kita lakukan?. Kakanwil menitipkan pesan untuk kembali kepada jati diri kita dilahirkan ke dunia. Setiap kita pasti ada manfaatnya di pentas dunia ini. Kalau tidak bisa hidup untuk dirimu sendiri hiduplah untuk orang lain.

“Tempatkan diri kita sesuai maqamnya/jabatannya. Kita bisa menakar apa yang boleh kita lakukan dan sebaliknya. Ukuran bagi ASN adalah regulasi, tetapi harus diberi ruh agar regulasi berhasil guna. Kehadiran kepala untuk menghadirkan kesejahteraan, bukan sebaliknya,” ucap Kakanwil mengingatkan.

Dengan memandang regulasi, peraturan, bahkan kode etik dan perilaku, insyaallah dapat menjadi pagar untuk kita agar tidak tersesat atau terjebak pada persoalan-persoalan yang tidak perlu.

“Dengan kontrol regulasi, maka kita tidak akan terjebak pada persoalan yang tidak perlu. Seringkali pejabat merasa tidak ada yang melakukan kontrol. Maka tetap awas dan waspada. Jaga soliditas, kita bukan hanya bisa jadi pejabat tetapi juga bisa jadi sahabat,” tutupnya.(Sua/Rf)