Seorang guru tidak hanya dituntut mampu memberitahu tentang ilmu yang diajarkan kepada peserta didiknya, namun juga mampu memotivasi peserta didik untuk mencari tahu tentang ilmu tersebut.
Ketika guru hanya monoton memberi saja, maka peserta didik akan menerimanya dengan proses singkat yang hanya berefek kecil. Mereka akan cenderung diam menunggu dan akhirnya kurang berkembang. Berbeda ketika anak di motivasi, digiring untuk mencari sebuah pemahaman terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajari. Mereka akan melakukan proses panjang dalam pencarian dari berbagai sumber. Dari proses itu, peserta didik akan mengalami berbagai pengalaman, kemandirian, kerjasama, pengamatan dan observasi bahkan akan melahirkan keberanian untuk lebih kreatif, kritis dan inovatif.
Terkadang guru perlu berfikir untuk melakukan sesuatu yang tidak biasa. Sebab melakukan sesuatu yang biasa akan menghasilkan hal yang biasa, sedemikian pula ketika melakukan dengan sesuatu yang luar biasa maka akan menghasilkan hal yang luar biasa. Tapi dengan catatan, sesuatu yang luar biasa itu harus terkonsep dengan perhitungan yang matang dan tidak asal-asalan.
Hal yang tidak biasa itu bisa seperti memberi kesempatan pada peserta didik untuk berbicara, mengutarakan pendapat, menyampaikan secara lisan terhadap pemahaman atau pengalaman tentang materi yang sedang dipelajari. Bahkan, tidak ada salahnya meminta kepada mereka untuk merumuskan masalah yang ditujukan kepada guru atau sesama peserta didik lainnya. Sehingga mereka tidak hanya memecahkan masalah yang selalu diberikan oleh guru.
Dari situ akan menimbulkan kebiasaan berfikir berimbang. Mereka tidak hanya mendengar tapi berbicara, tidak hanya menerima tapi juga memberi. Mereka juga akan tumbuh kepercayaan diri yang tinggi dan keberanian untuk terus menggali kemampuan yang ada dalam diri.
Seorang guru di era sekarang ini, dituntut mengantarkan para peserta didik agar mampu melakukan 4 B (berfikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi, dan berkreasi). Dalam mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah. Guru tidak hanya meningkatkan kualitas secara penguasaan materi, metode pembelajaran yang ramah dengan teknologi, tapi juga mental yang berhubungan dengan anggapan, asumsi dalam sebuah penilaian sikap.
Salah satu dari 4 B itu adalah menanamkan sikap kritis kepada peserta didik. Menurut Bambang Trimansyah, Sikap kritis bisa didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk merespon pemikiran/informasi yang diterimanya lalu mengevaluasi secara sistematis. Dari definisi tersebut, berarti peserta didik mampu menganalisis informasi yang di dapatkan. Dari hasil analisis, mereka akan menemukan argumentasi dalam memecahkan masalah. Bahkan mereka akan mempunyai kemampuan membuat perbandingan-perbandingan dan mengevaluasi bukti-bukti di saat memecahkan masalah. Sikap kritis ini akan menghindarkan para peserta didik menjadi generasi yang mudah terombang-ambing, mudah dipengaruhi dan terhindar informasi yang negatif, menyesatkan dan tidak bermanfaat bagi kehidupan mereka kedepannya. Dengan kata lain mereka tidak mudah menerima informasi sebelum mereka analisis terlebih dahulu.
Kemampuan sikap kritis peserta didik kalau tidak dibarengi perubahan pandangan oleh para guru akan terjadi benturan. Guru yang mempunyai pandangan sempit justru akan memberi label, memberi cap negatif para peserta didik ini dengan tuduhan tidak sopan, tukang ngeyel.
Kemampuan peserta didik yang kedua dalam 4 B adalah Berkomunikasi. Guru disini sangat berperan guna menggiring para peserta didik untuk terampil dalam berkomunikasi. Guru diharapkan memberi kesempatan dan membiasakan mereka untuk berkomunikasi, khususnya mengkomunikasikan materi yang sedang dipelajari.
Kemampuan Berkomunikasi yang baik oleh para peserta didik akan tercipta interaksi yang efektif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas maupun interaksi di dalam masyarakat. Sebab terwujudnya interaksi adalah terjadinya kontak dan komunikasi para pihak. Oleh sebab itu, kemampuan berkomunikasi tidak kalah penting dengan kemampuan berfikir kritis untuk merespon informasi dan pemikiran saat ini.
Pada dasarnya kekuatan komunikasi terletak pada kemampuan menyampaikan gagasan secara jernih, pendapat yang tegas, runtut dengan kekuatan kata-kata. Guna membiasakan Kemampuan berkomunikasi di kalangan peserta didik, guru melatih peserta didik untuk mampu menyimak secara efektif terhadap apa yang ia lihat, membaca terhadap materi. Selain itu juga diberi kesempatan untuk melakukan presentasi secara lisan, terlibat dalam pembicaraan dan diskusi, juga menanamkan keberanian untuk berkomunikasi dengan lingkungan yang berbeda. Tak kalah pentingnya juga melatih mereka untuk menulis sesuatu guna menginformasikan, mempengaruhi, menghibur, mengekspresikan perasaan mereka. Dengan seperti itu, kemampuan berkomunikasi dengan baik oleh peserta didik akan tertanam dalam dirinya.
Kemampuan berkolaborasi juga menjadi hal penting bagi peserta didik yang tak bisa lepas dari kodratnya sebagai makhluk sosial. Dengan memiliki kemampuan berkolaborasi dapat dijadikan cara untuk menguatkan eksistensi dan memungkinkan untuk melakukan aktualisasi diri. Maka seorang guru harus mampu mengajak para peserta didik untuk terus berlatih berkolaborasi dalam pembelajaran sehingga mereka akan terbiasa dan bisa menjadi bekal dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan memiliki kemampuan berkolaborasi dengan orang-orang yg berbeda dari latar belakangnya maka akan mempercepat peserta didik untuk tercapainya sebuah tujuan.
Kemampuan yang keempat adalah berpikir kreatif. Dengan memiliki kemampuan kreatif seseorang akan bisa berkreasi. Penanaman berpikir kreatif akan mendorong mereka sebagai penggagas hal-hal baru. Maka peserta didik harus didorong berfikir kreatif untuk menemukan cara pemecahan masalah secara tidak biasa.
Seorang peserta didik yang berpikir kreatif sekaligus inovatif akan selalu membuka pikirannya dan berani membuat terobosan yang memungkinkan menjadi lebih baik.
Selamat hari guru nasional.
Penulis: Arif Sutoyo, SH (Guru MA Salafiyah Kajen Pati)