081128099990

WA Layanan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

Buka Kongres Forsima, Bupati Ajak Mahasiswa Kenali Potensi Pati

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Pati – Bupati Pati Haryanto hadir dalam kegiatan pembukaan Kongres Ke V Forum Silaturrahim Mahasiswa (Forsima) Pendidikan Agama Islam (PAI) Se – Jawa serta dilanjut Seminar Nasional yang bertempat di kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Pati, Jumat (7/12/2018).

Dalam sambutannya, Bupati Pati Haryanto menyampaikan bahwa pihaknya selaku kepala daerah menyambut baik kegiatan silaturrahim tersebut dan berharap dari kegiatan ini dapat “ngangsu kawruh”. Serta dapat menimba ilmu, mana yang baik, sehingga dapat diadopsi dan digunakan dalam sistem pendidikan di Kabupaten Pati.

“Selain itu, diharapkan kedepan dapat menjalin persaudaraan hingga di lingkup regional. Sebab yang hadir tidak hanya dari lingkup Jawa Tengah, namun ada juga yang dari Jawa Timur juga”, jelas Bupati

Di sela – sela sambutannya, Bupati Pati juga memperkenalkan kepada para mahasiswa yang hadir dari luar Jawa Tengah ini, bahwa Kabupaten Pati mempunyai lokasi geografis yang cukup luas, yakni 154.000 hektar. Ditambah dengan jumlah penduduk sebanyak 1,3 juta dengan jumlah desa sebanyak 401 dari 21 kecamatan.

“Forum ini memang perlu dilaksanakan, sebab jangan sampai sampai hanya sekedar hadir di kegiatan ini saja, namun kedepan dengan adanya kegiatan ini, dapat dibentuk serta disusun langkah – langkah konkret sebagai wadah yang berguna dan bermanfaat,” imbuh Bupati.

Acara ini diselenggarakan selama 3 hari tersebut, yakni dari tanggal 7 – 9 Desember 2018, juga disempatkan untuk berkunjung ke Agro Wisata Jolong Kecamatan Gembong. Selain sebagai rangkaian kegiatan Forsima tersebut, juga sebagai salah satu sarana memperkenalkan potensi yang ada di Pati kepada para mahasiswa dari luar daerah.

Bupati juga menghimbau adanya wadah silaturrahim seperti ini, jangan sampai malah digunakan untuk aktivitas negatif baik kepada kampus, dosen hingga rektor. Sebab dengan era keterbukaan seperti sekarang ini, jika ada sedikit ketidakselarasan antara pihak kampus dengan mahasiswa, bisa memunculkan demo, protes dan sebagainya.

“Intinya adalah harus bisa menjalin komunikasi yang baik dengan semua pihak. Kita harus bisa menunjukkan bahwa jati diri kita bukanlah semacam itu. Saya dulu juga aktivis, namun juga punya sikap unggah – ungguh kepada para dosen. Karena merekalah yang mengantarkan kita menimba ilmu, bukan kok malah di hujat, itu merupakan sikap yang keliru,” tandasnya. (pol/Am/bd)