Purbalingga – Dalam rangka memupuk kebersamaan tokoh agama dan meningkatkan kerukunan hidup antar dan inter umat beragama, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga terus berkomitmen menjaga kerukunan umat beragama. Direncanakan Desember mendatang, dalam rangka Hari Amal Bakti Kementerian Agama ke – 72, akan diadakan dua kegiatan yakni kemah kerukunan dan jalan sehat kerukunan yang melibatkan berbagai agama di Purbalingga. Hal tersebut diungkapkan Plt. Kepala Kantor Kemenag Purbalingga, Ahmad Muhdzir pada Dialog Tokoh Lintas Agama di Aula Lantai 2 Kankemenag Purbalingga, Selasa (28/11).
“Kemah kerukunan akan kami selenggarakan dengan melibatkan para pemuda dari berbagai lintas agama, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Dan jalan sehat kerukunan yang melibatkan juga berbagai lintas agama, akan kami gelar untuk lebih mengakrabkan dan merukunkan warga yang berbeda agama di Purbalingga,” ujar Ahmad Muhdzir.
Kegiatan Dialog Tokoh Lintas Agama yang mengusung tema Rukun Agawe Sentosa ini menghadirkan  para Penyuluh Agama Islam bidang Kerukunan Umat Beragama (KUB) se-Purbalingga, utusan dari Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Badan Kerjasama Antar Gereja (BKSAG), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Gereja Kristen, Katholik dan Konghucu.
Nara sumber yang tampil adalah Plt. Kepala Kankemenag Purbalingga, Ahmad Muhdzir dengan materi “Kebijakan Kementerian Agama Dalam Pembinaan Kerukunan Umat Beragama”, F. Supriyanto Ari Broto dari Gereja Katholik Santo Agustinus yang membawakan materi “Purbalingga Rumah Pancasila Kita Bersama”, dan KH Nurkholis BY, yang membawakan materi “Janji Nabi Muhammad kepada Orang Kristen”.
Ahmad Muhdzir mengakui, kerukunan umat beragama belakangan ini sedang diuji dengan munculnya paham radikalisme, yang ditandai dengan berbagai sikap fanatisme. Kelompok yang menganut paham ini selalu menyatakan bahwa di luar dirinya adalah salah secara mutlak. Ekspresi yang berlebihan ini dapat berpotensi mengganggu kerukunan, karena tidak menghargai adanya perbedaan.
“Radikal tidak hanya ada pada agama Islam. Di agama lain pun ada. Paham radikal jelas tidak menghargai perbedaan. Padahal perbedaan sejatinya adalah Sunnatullah untuk saling melengkapi antar manusia,” ujar Ahmad Muhdzir.
Ahmad Muhdzir juga menambahkan bahwa selain radikalisme, paham lain yang perlu diwaspadai yakni paham keagamaan liberal. Corak keagamaan liberal pada dasarnya sangat menghargai kerukunan dan multikulturalisme, tetapi terjerumus pada sekularisme, inklusivisme, dan pluralisme agama tanpa kendali yang jelas.
Untuk itu, Ahmad Muhdzir mengajak kepada tokoh-tokoh agama dan kader-kader penjaga kerukunan umat beragama di Purbalingga untuk terus menggelorakan semangat kerukunan dan toleransi, dengan tetap menjunjung tinggi agamanya masing-masing.
Peran kader-kader kerukunan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam membimbing dan membina keharmonisan kehidupan keagamaan yang sekaligus juga sebagai mitra pemerintah. “Di Purbalingga, tokoh-tokoh agama dan kader kerukunan beragama kami dorong untuk terlibat aktif membangun umat dan membangun bangsa serta negara dalam roh dan semangat Pancasila, dan UUD 1945. Tujuannya untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya. (sar/gt)