Duta Moderasi Beragama sebagai Pionir dalam Menjaga Kebhinekaan

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Wakil Ketua Binawasa Kartono saat menjadi pembina apel penutupan Kemah Kebangsaan, Minggu (30/10)

Semarang (Humas) – Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan karakter generasi penerus bangsa yang siap mengayomi antar sesama umat beragama, menjaga nilai-nilai pancasila dan antiradikalisme. Kemah tersebut juga ada outbound kebangsaan, setiap permainannya mengajarkan  bahwa dengan adanya kekompakan antar sesama akan membuahkan hasil yang menyenangkan. Begitu juga dengan Moderasi Beragama ketika umat beragama itu kompak tidak saling menjatuhkan dan memprovokasi maka negara akan damai dan utuh.

Sebanyak 300 siswa SMP sederajat se – Jateng  mengikuti Kemah Kebangsaan yang bertempat di Semarang. Kegiatan berlangsung selama 3 hari mulai tanggal 28 – 30 Oktober 2022. Para peserta berasal dari berbagai latar belakang agama yang berbeda-beda.

Kali ini Kemah Kebangsaan diwarnai dengan dinobatkannya Duta Moderasi yang merupakan perwakilan dari masing-masing agama.

Adapun peserta yang mewakili Duta Moderasi Beragama yaitu :

1. Febrian beragama Katolik

2. Sri Mudita beragama Hindu

3. Prajna beragama Buddha

4. Marchel beragama Konghucu

5. Raisa beragama Islam

6. Igal beragama Kristen

Sebagai Duta Moderasi Beragama mereka bertekad untuk mennguatkan komitmen kebangsaan berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Menjaga dan menguatkan toleransi untuk menjaga kerukunan umat beragama, siap melawan gerakan intoleransi dan radikalisme demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Menjaga dan menerima nilai-nilai budaya yang berkembang di masyarakat.

Penutupan Kemah Kebangsaan oleh Wakil Ketua Binawasa Kartono didampingi oleh Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Prov. Jateng I Dewa Made Artasaya, Minggu (30/10).

Kartono berharap para peserta bisa menjadi pionir-pionir dalam menjaga keutuhan negara. Selain itu, I Dewa juga berpesan kepada para siswa agar dapat mengimplementasikan dan berbagi ilmu kepada teman-temannya setelah kembali ke sekolah masing-masing.

“Sejatinya bersikap menghormati antar sesama umat beragama itu tidak akan rugi, karena di dalam ajaran agama tidak ada yang mengajarkan ujaran kebencian justru kebaika,” pesan Kak Dewa.

“Ilmu yang telah di dapatkan silahkan di terapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di masyarakat. Kalian adalah calon-calon penerus bangsa, jagalah bangsa ini (indonesia) dengan sebaik-baiknya salah satunya dengan menerapkan sikap toleran antar sesama,” tutur I Dewa.

Sebelumnya para peserta telah melakukan berbagai kegiatan jumpa tokoh lintas agama dan berjelajah ke tempat-tempat ibadah di Semarang. Mereka diberikan wawawsan dari berbagai agama mulai dari cara ibadah hingga tradisi-tradisinya. Tak lupa mereka juga diberikan pemahaman tentang beragama yang baik dengan toleran. (d/rf)