Gerakan Merajut Toleransi Beragama Melalui Ngaji Bersama

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Grobogan – Dalam satu dekade belakangan ini, dunia Islam (termasuk di Indonesia) disibukkan oleh kelompok dan gerakan Islam yang mempraktikkan radikalisme dengan mengatasnamakan agama. Bahkan, sebagian kecil dari gerakan ini juga mempraktikkan ekstremisme dan terorisme atas nama jihad fi sabilillah. Dan bertepatan dengan bulan suci ramadhan  serta dalam rangka semarakkan kegiatan bulan suci Ramadan, Kantor Kemenag Kab.Grobogan menggelar kegiatan ngaji bersama dengan K.H. Sya’roni yang bertemakan Moderasi Beragama dengan Zoom meeting yang para peserta dari pegawai KUA, Guru madrasah dan pegawai Kantor Kemenag Grobogan yang bertempat di Aula Kemenag Kab.Grobogan, Selasa, (27/04/2021).

Kepala Kemenag Kab. Grobogan, Imron Rosyidi menyampaikan bahwa untuk mengisi kegiatan sekaligus amalan dibulan suci ramadhan Kantor Kemenag Kab. Grobogan mempunyai 3 agenda. Pertama ngaji bersama K.H. syaeroni tentang moderasi beragama, kedua khotmil Qur'an dan ketiga ngaji bersama lagi tentang Kitab kuning. 

“Bahwa kegiatan seperti ini sangatlah penting, karena bisa memperkuat sikap-sikap moderasi beragama berbangsa dan bernegara. Dan khususnya dibulan Ramadan bisa menjadi amaliyah bagi peserta yang mengikuti ngaji bersama melalui zoom,” ucap Imron Rosyidi.

Menurut Imron, gerakan untuk merajut toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan harus terus ditumbuhkembangkan dengan memunculkan dialog-dialog lintas agama serta solidaritas tanpa batas harus terus diupayakan melalui simbol-simbol kerukunan dan toleransi di berbagai daerah.

“Sehingga acara ngaji bersama mengupas moderasi beragama sangatlah penting agar para peserta tahu tentang toleransi dan kerukunan intern maupun ekstren antar umat beragama,” ungkapnya.

Oleh karena itu, moderasi beragama menjadi sangat penting karena kecenderungan pengamalan ajaran agama yang berlebihan atau melampaui batas seringkali menyisakan klaim kebenaran secara sepihak dan menganggap dirinya paling benar sementara yang lain salah. Mengamalkan moderasi beragama pada hakikatnya juga menjaga keharmonisan intern antarumat beragama sehingga kondisi kehidupan bangsa tetap damai dan kehidupan berjalan harmonis.

“Saya ingin mengajak seluruh peserta untuk ikut serta dalam mengarusutamakan moderasi beragama demi Indonesia maju dan bermartabat, terutama di Kabupaten Grobogan ini,” kata imron.

Sementara, K.H. Sya’roni menyampaikan bahwa moderasi dalam bahasa arab dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah, yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth (tengah-­tengah), i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith. Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai “pilihan terbaik”. Apa pun kata yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni adil, yang dalam konteks ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem.

“Beragama itu bukan untuk menyeragamkan keberagaman, tetapi untuk menyikapi keberagaman dengan penuh kearifan. Agama hadir ditengah-tengah kita agar harkat, derajat dan martabat kemanusiaan kita senantiasa terjamin dan terlindungi,” beber K.H. Sya’roni.

Lebih lanjut beliau mengatakan, oleh karenanya jangan gunakan agama sebagai alat untuk menegasi dan saling merendahkan dan meniadakan satu dengan yang lain. Oleh karenanya, mari senatiasa menebarkan kedamaian dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun. Beragama itu menjaga, menjaga hati, menjaga perilaku diri, menjaga seisi negeri dan menjaga jagat raya ini.

“Jadi Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga retaknya hubungan antarumat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini,” pungkasnya.(bd/Sua)